Kamis, 18 Desember 2014

PENGEMBANGAN BERFIKIR KREATIF



PENGEMBANGAN BERFIKIR KREATIF
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Strategi Belajar Mengajar




     Oleh :
  Yulia Kusmawati   (120210302018)
                           Kelas  B






PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
           FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
          UNIVERSITAS JEMBER
             2014/2015


BAB I
Pendahuluan
1. 1 Latar Belakang
Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam bentuk ciri-ciri aptitude maupun non-aptitude, baik dalam bentuk karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal sudah ada, yang semuanya itu relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.
Kreativitas merupakan salah satu potensi yang dimiliki anak yang perlu dikembangkan sejak usia dini. Setiap anak memiliki bakat kreatif, dan ditinjau dari segi pendidikan bakat kreatif dapat dikembangkan dan perlu dipupuk sejak dari usia dini. Bila bakat kreatif anak tidak dipupuk maka bakat tersebut tidak akan berkembang secara optimal, bahkan menjadi bakat yang terpendam yang tidak dapat diwujudkan. Oleh sebab itu diperlukan upaya pendidikan yang dapat mengembangkan kreativitas anak.
Hasil penelitian Samples (1997) menyimpulkan bahwa bila proses dan fungsi belahan otak kanan ditingkatkan, harga diri seseorang meningkat, berbagai keterampilan kinerja pun bertambah dan peserta didik memperlihatkan kecenderungan menjelajahi materi berbagai bidang dengan lebih mendalam dan lebih tekun. Hal senada juga ditegaskan oleh hasil penelitian Jung (1964) yang menyimpulkan bahwa ada kaitan kreativitas dengan fungsi dasar manusia, yaitu berfikir, merasa, menginderakan dan intuisi (basic function thinking, feeling, sensing and intuiting).
Selain itu menurut Munandar (2004) dalam upaya membantu anak mewujudkan kreativitas mereka, anak perlu dilatih dalam keterampilan tertentu sesuai dengan minat pribadinya dan diberi kesempatan untuk mengembangkan bakat mereka. Tugas pendidiklah atau orang tua untuk menciptakan iklim yang merangsang pemikiran dan keterampilan kreatif anak serta menyediakan sarana prasarana yang dibutuhkan.
Namun itu saja tidaklah cukup. Disamping perhatian, dorongan dan pelatihan dari lingkungan, perlu ada motivasi intrinsik pada anak. Minat anak untuk melakukan sesuatu harus tumbuh dari dalam dirinya sendiri, atas keinginannya sendiri.

1. 2      Rumusan masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan kreativitas ?
2.      Apa saja cirri-ciri kreativitas?
3.      Factor apa sajakah yang mempengaruhi peserta didik untuk melakukan kreativitas?
4.      Bagaimana peran guru dalam mengembangkan kreativitas peserta didiknya?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Definisi Keativitas
Kreatifitas kaitannya erat dengan imajinasi, karena kreatifitas mengembangkan daya fikir, daya fantasi yang sifatnya intelektual. pengertian kreatifitas menurut KBBI berarti hasil dari kemampuan mencipta. dengan daya imajinasi seseorang dapat menciptakan buah fikir yang ada kaitannya dengan kebutuhan hidup manusia. untuk mengembangkan pribadi dan intelektual manusia perlu memiliki pengetahuan dan kreatifitas.
Kata kreativitas berasal dari “create” yang berarti pandai mencipta. Dalam pengertian yang lebih luas, kreativitas berarti suatu proses yang tercermin dalam kelancaran, kelenturan (fleksibilitas) dan originalitas berfikir. Menurut Hurlock (2005:4), “Kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan komposisi, produk, atau gagasan apa saja yang pada dasarnya baru dan sebelumnya tidak dikenal pembuatannya”. Menurut Munandar yang diterjemahkan Sukmadinata (2003:104):
“Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasarkan data informasi atau unsur yang ada, berdasarkan data atau informasi yang tersedia, menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya adalah pada kualitas, ketepat gunaan dan keragaman jawaban yang mencerminkan kelancaran, keluwesan dan orisinalitas dalam berfikir serta kemampuan untuk mengelaborasi suatu gagasan”.
Kreativitas didefinisikan secara berbeda-beda oleh para pakar berdasarkan sudut pandang masing-masing. Perbedaan sudut pandang ini menghasilkan berbagai definisi kreativitas dengan penekanan yang berbeda-beda. Barron (Ali & Asrori, 2005) mendefinisikan kreativitas sebagai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, meskipun tidak mesti baru sama sekali. Hurlock (1978) menegaskan bahwa kreativitas meupakan gabungan dari gagasan atau produk lama ke dalam bentuk baru. Dengan demikian, yang lama menjadi dasar untuk menghasilkan yang baru.
Guilford (Ali & Asrori, 2005) menyatakan bahwa kreativitas mengacu pada kemampuan yang menandai ciri-ciri seorang kreatif. Salah satunya adalah kemampuan berpikir divergen. Kemampuan berpikir divergen merupakan kemampuan individu untuk mencari berbagai alternatif jawaban terhadap suatu persoalan. Guilford menekankan bahwa orang-orang kreatif lebih banyak memiliki cara berpikir divergen daripada konvergen (cara berpikir individu yang menganggap hanya ada satu alternatif  jawaban dari suatu permasalahan). 
            Munandar (Ali & Asrori, 2005) mengungkapkan bahwa: ”Kreativitas adalah kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas dalam berpikir serta kemampuan untuk mengelaborasi suatu gagasan.” Utami Munandar membahas lebih mendalam bahwa kreativitas merupakan hasil interaksi individu dengan lingkungannya. Lingkungan dapat mendukung berkembangnya kreativitas dan dapat menghambat perkembangannya.
            Rogers (Ali & Asrori, 2005) memandang kreativitas sebagai suatu proses munculnya hasil-hasil baru ke dalam suatu tindakan. Hasil-hasil baru itu berasal dari sifat-sifat unik individu yang berinteraksi dengan individu lain. Kreativitas dapat muncul dalam situasi kebersamaan dan relasi yang bermakna.
            Berdasarkan berbagai definisi kreativitas itu, Rhodes (Munandar, 1999) mengelompokkan berbagai definisi tersebut ke dalam empat kategori, yaitu person (pribadi), press (pendorong), process (proses), dan product (produk).
Berdasarkan penjelasan Sternberg, sejumlah definisi kreatif yang tergolong ke dalam kategori pribadi menyimpulkan bahwa pribadi dari individu yang kreatif merupakan titik pertemuan antara intelegensi (antara lain kemampuan verbal, pemikiran lancar, pengetahuan, perencanaan, perumusan masalah, dan keterampilan pengambilan keputusan); gaya kognitif (antara lain menciptakan aturan sendiri, melakukan hal-hal dengan caranya sendiri, menyukai masalah yang tidak terlalu terstruktur, dan senang merancang); dan kepribadian/motivasi (antara lain kelenturan, dorongan untuk berprestasi, keuletan dalam menghadapi rintangan, dan keberanian mengambil resiko yang moderat) (Munandar, 1999). 
Kategori proses, Torrance (Sternberg dalam Munandar, 1999) mengungkapkan bahwa proses kreatif pada dasarnya serupa dengan langkah-langkah dalam metode ilmiah, yaitu kesadaran adanya kesulitan/masalah, membuat dugaan dan hipotesa, menguji dugaan/hipotesis, mengevaluasi dan menguji ulang hipotesis, serta menyimpulkan hasil temuan. 
            Kategori pendorong tidak hanya berasal dari diri sendiri (internal) tetapi juga dari lingkungan (eksternal). Simpson menjelaskan bahwa dorongan internal yaitu kekuatan untuk menyelesaikan masalah dengan tahapan yang tidak sesuai dengan ketentuan (Munandar 1999). Mengenai dorongan dari lingkungan, kreativitas tidak berkembang pada lingkungan yang tidak menghargai imajinasi, lingkungan yang terlalu menekankan konformitas dan tradisi, dan kurang terbuka terhadap perubahan (Munandar 1999). 
            Kategori produk kreatif menekankan definisinya pada orisinalitas, kebaruan, dan kebermaknaan. Produk yang dihasilkan merupakan kombinasi dari sesuatu yang sudah ada sebelumnya, sebagai contoh misalnya kursi roda merupakan perpaduan antara kursi dan roda. Produk kreatif memiliki karakteristik yaitu produk tersebut harus nyata, baru, dan merupakan hasil unik individu dalam interaksinya dengan lingkungannya (Rogers dalam Munandar, 1999).
            Keempat kategori ini saling berkaitan. Pribadi kreatif yang melibatkan diri dalam proses kreatif, dengan dukungan/dorongan dari lingkungan menghasilkan suatu produk keratif. Dengan demikian, penting mengembangkan bakat kreatif seorang anak sejak dini yang dimulai dengan dorongan dari lingkungan, terutama lingkungan keluarga.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas belajar adalah suatu kondisi, sikap, kemampuan, dan proses perubahan tingkah laku seseorang untuk menghasilkan produk atau gagasan mencari pemecahan masalah yang lebih efisien dan unik dalam proses belajar.
Menurut TORRANCE (1962), kreatifitas dapat didefinisikan secara inklusif, yaitu meliputi semua usaha produktif yang unik dari individu. dengan kata lain kreatifitas dapat diartikan sebagai pola berfikir yang timbul secara spontan dan imajinatif, yang bercirikan hasil artistik, penemuan ilmiah, dan penciptaan mekanik. dalam proses kreatifitas ada dua pandangan yaitu:
1.    Pandangan Asosiasi
        Menyatakan bahwa kreatifitas menyangkut pembentukan asosiasi stimulus-respons. jadi pandangan ini menekankan pada asosiasi yang dipelajari sebelumnya yang dihidupkan kembali kemudian dirangkaikan.
2.    Pandangan Kognitif
Menyatakan bahwa kreatifitas melibatkan penggabungan gagasan dan informasi dalam cara baru yang berbeda. jadi pandangan ini menekankan bahwa analisis kognitif kreatifitas tidak semata-mata pada asosiasi yang luar biasa tetapi pada gagasan baru yang bermakna. contohnya ketrampilan berpikir lancar, ketrampilan berfikir luwes atau fleksibel, ketrampilan berpikir orisional, ketrampilan merinci atau mengelaborasi serta ketrampilan menilai.
Proses kreatif berlangsung mengikuti tahap-tahap tertentu. tidak mudah mengidentifikasi secara persis pada tahap manakah suatu proses kreatif itu sedang berlangsung dan dapat diamati adalah gejalanya berupa prilaku yang ditampilkan oleh individu.
            Menurut  Wallas (1991), ia menemukan empat tahapan proses kreatif yaitu :
1.    Persiapan (Preparation)
Pada tahap ini individu berusaha mengumpulkan informasi atau data untuk memecahkan masalah yang dihadapi. individu mencoba memikirkan berbagai alternative pemecahan masalah terhadap masalah yang dihadapi. Dengan bekal ilmu pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki, individu berusaha menjajaki berbagai kemungkinan jalan yang dapat ditempuh untuk memecahkan masalah. namun pada tahap ini belum ada arah yang tetap meskipun sudah mampu mengeksplorasi berbagai alternative pemecahan masalah. pada tahap ini masih amat diperlukan perkembangan kemampuan divergen.
2.    Inkubasi (incubation)
Pada tahap ini, proses pemecahan masalah “dierami” dalam alam prasadar. individu seolah-olah melepaaskan diri untuk sementara waktu dari masalah yang dihadapinya, dalam pengertian tidak memikirkannya secara sadar melainkan mengendapannya dalam alam prasadar. proses inkubasi ini dapat berlangsung lama( berhari-hari atau bahkan bertahun) dan juga bisa sebentar (beberapa jam saja) kemudian timbul inspirasi atau gagasan untuk pemecahan masalah.
3.    Iluminasi (illumination)
Tahap ini sering disebut sebagai tahap timbulnya insight. pada tahap ini sudah dapat timbul inspirasi atau gagasan-gagasan baru. ini timbul setelah diendapkan dalam waktu yang lama atau bisa juga sebentar pada tahap inkubasi.
4.    Verifikasi (Verification)
Pada tahap ini, gagasan yang telah muncul dievaluasi secara kritis dan konvergen serta menghadapkannya kepada realitas. pada tahap ini pemikiran divergen harus diikuti oleh pemikiran selektif dan sengaja. penerimaan secara total harus diikuti oleh kritik. filsafat harus diikuti oleh pemikiran logis. keberanian harus diikuti oleh sikap hati-hati. imajinasi harus diikuti oleh pengujian terhadap realitas. jadi pada tahap preparation, incubation, dan illumination adalah proses berfikir divergen yang menonjol maka dalam tahap verification yang lebih menonjol adalah proses berpikir konvergen.

Kreatifitas juga dapat ditinjau dari 4 aspek, yaitu :
a)      Kreativitas dari aspek pribadi, muncul dari keunikan pribadi individu dalam interaksi dengan lingkungannya. setiap anak mempunyai bakat kreatif, namun masing-masing dalam bidang dan kadar yang berbeda-beda. kreativitas sebagai kemampuan berfikir meliputi kelancaran, kelenturan, orisinalitas, dan elaborasi.
b)      Kelancaran disini berkaitan dengan kemampuan untuk membangkitkan sejumlah besar ide-ide, dengan hal tersebut akan semakin besar kesempatan untuk menemukan ide-ide yang baik.
c)       Orisinalitas adalah kemampuan untuk menghasilkan ide-ide luar biasa, memecahkan problem dengan cara yang luar biasa atau menggunakan hal-hal atau situasi yang luar biasa. individu yang kreatif membuahkan tanggapan yang luar biasa, membuat asosiasi jarak jauh dan membuahkan tanggapan yang cerdik serta mempunyai gagasan yang jarang dimiliki oranglain.
d)      Elaborasi adalah kemampuan menyatakan pengarahan ide secara terperinci untuk mewujudkan ide secara terperinci untuk mewujudkan ide jadi kenyataan.
1         Pendorong menunjuk pada perlunya dorongan dari dalam individu (berupa minat, hasrat, dan motivasi) dan dari luar (keluarga, sekolah, masyarakat) agar bakat kreatif dapat diwujudkan. Sehubungan dengan hal ini pendidik diharapkan dapat member dukungan, perhatian, serta sarana prasarana yang diperlukan.
2         Kreatifitas sebagai proses ialah proses bersibuk diri secara kreatif. Pada anak usia prasekolah hendaknya kreatifitas sebagai proses yang diutamakan, dan jangan terlalu cepat mengharapkan produk kreatif yang bermakna dan bermanfaat. jika pendidik terlalu cepat menuntut produk kreatif yang memenuhi mutu tertentu, hal ini akan mengurangi kesenangan dan keasyikan anak untuk berkreasi.
3         Kreatifitas sebagai produk merupakan suatu ciptaan baru yang bermakna bagi  individu dan atau bagi lingkungannya. Pada seorang anak, hasil karyanya sudah dapat disebut kreatif, jika baginya hal itu baru, ia belum pernah membuat itu sebelumnya dan ia tidak meniru atau mencontoh pekerjaan orang lain. dan yang penting produk kreatifitas anak perlu dihargai agar ia merasa puas dan tetap bersemangat dalam berkreasi. Kegiatan kreatif ini bertujuan membentangkan alam pikiran dan perasaan anak, menjangkau masa lalu, dan masa depan, menantang maka menjajaki bidang-bidang baru, memikirkan hal-hal baru yang belum terpikir sebelumnya, mengantisipasi akibat-akibat dari hipotesis, menggunakan daya imajinasi dan firasatnya dalam memecahkan masalah.

2.2  Ciri-Ciri Kreativitas
Piers (Asrori, 2009:72) mengemukakan bahwa karakteristik kreativitas adalah sebagai berikut :
1.      Memiliki dorongan (drive) yang tinggi
2.      Memiliki keterlibatan yang tinggi
3.      Memiliki rasa ingin tahu yang besar
4.      Memiliki ketekunan yang tinggi
5.      Cenderung tidak puas terhadap kemapanan
6.      Penuh percaya diri
7.      Memiliki kemandinian yang tinggi
8.      Bebas dalam mengambil keputusan
9.      Menerima diri sendiri
10.  Senang humor
11.  Memiliki intuisi yang tinggi
12.  Cenderung tertarik kepada hal-hal yang kompleks
13.  Toleran terhadap ambiguitas
14.  Bersifat sensitif.
Utami Munandar (1992) mengemukakan cini-ciri kreativitas adalah sebagai berikut :
1.      Senang mencari pengalaman baru
2.      Memiliki keasyikan dalam mengerjakan tugas-tugas yang sulit
3.      Memiliki inisiatif
4.      Memiliki ketekunan yang tinggi
5.      Cenderung kritis terhadap orang lain
6.      Berani menyatakan pendapat dan keyakinannya
7.      Selalu ingin tahu
8.      Peka atau perasa
9.      Enerjik dan ulet
10.  Menyukai tugas-tugas yang majemuk
11.  Percaya kepada diri sendiri
12.  Mempunyai rasa humor
13.  Memiliki rasa keindahan
14.  Berwawasan masa depan dan penuh imajinasi.
Adapun Clark (Asori, 2009:73) mengemukakan karakteristik kreativitas adalah sebagaiberikut:
a)      Memiliki disiplin diri yang tinggi
b)      Memiliki keterlibatan yang tinggi
c)      Memiliki rasa ingin tahu yang besar
d)     Penuh percaya diri atau percaya kepada diri sendiri
e)      Memiliki kemandirian yang tinggi
f)       Senang mencari penMemiliki kemandirian yang tinggi
g)      Cenderung sering menentang otoritas
h)      Memiliki rasa humor
i)        Mampu menentang tekanan kelompok
j)        Lebih mampu menyesuaikan diri
k)      Senang berpetualang
l)        Toleran terhadap ambiguitas
m)    Kurang toleran terhadap hal-hal yang membosankan
n)      Menyukai hal-hal yang kompleks
o)      Memiliki kemampuan berpikir divergen yang tinggi
p)      Memiliki memori dan atensi yang baik
q)      Memiliki wawasan yang luas
r)       Mampu berpikir periodic
s)       Memerlukan situasi yang mendukung
t)       Sensitif terhadap lingkungan
u)      Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi
v)      Memiliki nilai estetik yang tinggi
Mengacu pada beberapa pendapat di atas, indikator kreativitas belajar siswa dapat dimpulkan sebagai berikut:
a)      Memiliki dorongalaman baru
b)      Memiliki keasyikan dalam mengerjakan tugas-tugas yang sulit
c)      Memiliki inisiatif
d)     Enerjik dan ulet dan memiliki ketekunan yang tinggi
e)      Cenderung kritis terhadap orang lain
f)       Berani menyatakan pendapat dan keyakinannya
g)      Selalu ingin tahu atau memiliki rasa ingin tahu yang tinggi
h)      Menyukai tugas-tugas yang majemuk atau hal-hal yang kompleks
i)        Memiliki disiplin diri yang tinggi
j)        Memiliki kemandirian yang tinggi
k)      Memiliki kemampuan berpikir divergen yang tinggi
l)        Memiliki memori dan atensi yang baik
m)    Memiliki wawasan yang luas

2.3  Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kreativitas
Kreativitas tidak hanya tergantung pada potensi bawaan yang khusus, tetapi juga pada perbedaan mekanisme mental atau sikap mental yang menjadi sarana untuk mengungkapkan sifat bawaan tersebut. Menurut Hurlock (2005:11) beberapa kegiatan untuk meningkatkan kreativitas adalah:
a.       Waktu
Untuk menjadi kreatif kegiatan anak seharusnya jangan diatur sedemikian rupa sehingga anak mempunyai sedikit waktu bebas untuk bermain-main dengan gagasan dan konsep yang dipahaminya.
b.      Kesempatan
Apabila mendapat tekanan dari kelompok, kemudian anak menyendiri, maka ia menjadi lebih kreatif.
c.       Dorongan
 Orang tua sangat berperan dalam hal ini, anak seharusnya dibebaskan dari ejekan dan kritik yang sering kali memojokkan anak.
d.      Sarana
Harus disediakan untuk merangsang dorongan eksperimen dan eksplorasi yang merupakan unsur penting dari kreativitas.
e.       Lingkungan
Keadaan lingkungan yang merangsang kreativitas anak.
f.       Hubungan dengan orang tua
Orang tua yang terlalu melindungi atau terlalu posesif terhadap anak dapat menghambat proses kreativitas.
g.      Cara mendidik anak
Mendidik secara demokratis dan permisif di rumah dan di sekolah akan meningkatkan kreativitas, sedangkan mendidik dengan cara otoriter menghambat proses kreativitas.
h.      Pengetahuan
Semakin banyak pengetahuan yang diperoleh anak maka semakin banyak dasar untuk mencapai peningkatan kreativitas.
Kreativitas tidak dapat berkembang secara otomatis, tetapi membutuhkan rangsangan dari lingkungan. Beberapa ahli mengemukakan faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan kreativitas.
Utami Munandar (1988) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi kreativitas adalah sebagai berikut :
1.      Usia
2.      Tingkat pendidikan orang tua
3.      Tersedianya fasilitas dan
4.      Penggunaan waktu luang.
Clark (1983) mengategorikan faktor-faktor yang memengaruhi kreativitas dalam dua kelompok, yaitu faktor yang mendukung dan faktor yang menghambat. Faktor-faktor yang dapat mendukung perkembangan kreativitas adalah sebagai berikut.
1.      Situasi yang menghadirkan ketidaklengkapan serta keterbukaan.
2.      Situasi yang memungkinkan dan mendorong timbulnya pertanyaan.
3.      Situasi yang dapat mendorong dalam rangka menghasilkan sesuatu.
4.      Situasi yang mendorong tanggung jawab dan kemandirian.
5.      Situasi yang menekankan inisiatif diri untuk menggali, mengamati, bertanya, merasa, mengklasifikasikan, mencatat, menerjemahkan, memperkirakan, menguji hasil perkiraan, dan mengomunikasikan.
6.      Kedwibahasaan yang memungkinkan untuk pengembangan potensi kreativitas secara lebih luas karena akan memberikan pandangan dunia secara lebih bervariasi, lebih fleksibel dalam menghadapi masalah, dan mampu mengekspresikan dirinya dengan cara yang berbeda dari umumnya yang dapat muncul dari pengalaman yang dimilikinya.
7.      Perhatian dari orangtua terhadap minat anaknya, stimulasi dari lingkungan sekolahnya, dan motivasi diri.
Sedangkan faktor-faktor yang menghambat berkembangnya kreatifitas adalah sebagai berikut:
1.      Adanya kebutuhan akan keberhasilan,ketidakberanian dalam menanggung risiko, atau upaya mengejar sesuatu yang belum diketahui.
2.      Konformitas terhadap teman-teman kelompoknya dan tekanan sosial.
3.      Kurang berani dalam melakukan eksplorasi, menggunakan imajinasi, dan penyelidikan.
4.      Stereotip peranseks atau jenis kelamin.
5.      Diferensiasi antara bekerja dan bermain.
6.      Otoritarianisme.
7.      Tidak menghargai terhadap fantasi dan khayalan.
Miller dan Gerard (Adams dan Gullota,1979) mengemukakan adanya pengaruh keluarga pada perkembangan kreativitas anak dan remaja sebagai berikut :
1.      Orang tua yang memberikan rasa aman.
2.      Orang tua mempunyai berbagai macam minat pada kegiatan didalam dan diluar rumah.
3.      Orang tua memberikan kepercayaan dan menghargai kemampuan anaknya.
4.      Orang tua memberikan otonomi dan kebebasan anak.
5.      Orang tua mendorong anak melakukan sesuatu dengan sebaik-baiknya.
2.4  Peran Guru dalam Mengembangkan Kreativitas Anak
Selama di sekolah, guru mempunyai peran penting terhadap penyesuaian emosional dan sosial anak dan terhadap perkembangan kepribadiannya. Sehubungan dengan perkembangan intelektual, pada semua jenjang pendidikan guru merupakan kunci kegiatan belajar siswa yang berhasil guna (efektif), terutama pada tingkat sekolah dasar. Hal ini mudah dipahami karena di sekolah dasar umumnya seluruh pelajaran dipegang oleh guru kelas, kecuali mingkin untuk pelajaran seperti Agama, Olahraga, dan Kesenian yang menuntut keterampilan khusus dari guru.
Masalah khusus yang berhubungan dengan pengajaran anak berbakat pada dasarnya merupakan masalah bagaimana menghadapi perbedaan-perbedaan anak. Perbedaan dalam peran guru berdasarkan ciri-ciri khas anak berbakat, yang terampil dalam situasi belajar dan cara guru menangani ciri-ciri tersebut. Karena falsafah pendidikan mengakui adanya perbedaan individual dan bertujuan mengembangkan bakat dan kemampuan setiap anak didik secara optimal, maka dengan sendirinya kualifikasi guru harus berbeda sesuai dengan sifat-sifat dan kemampuan anak didik.
Apakah implikasinya bagi guru anak berbakat? Implikasi tersebut disimpulkan oleh Barbed an Renzulli (Munandar, 1999: 62) sebagai berikut:
a)      Pertama-tama guru perlu memahami diri sendiri, karena anak yang belajar tidak hanya dipengaruhi oleh apa yang dilakukan guru, tapi juga bagaimana guru melakukannya.
b)      Di samping memahami diri sendiri, guru guru perlu memiliki pengertian tentang keberbakatan.
c)      Setelah anak berbakat diidentifikasi, guru hendaknya mengusahakan suatu lingkungan belajar sesuai dengan perkembangan yang unggul dari kemampuan-kemampuan anak. Barbe dan Renzulli (Munandar, 1999: 64) mengungkapkan beberapa saran untuk guru yang dapat diterapkan pada semua anak, tetapi terutama penting demi peningkatan kebiasaan belajar seumur hidup dari anak berbakat:
1.      Bentuklah pengalaman belajar dengan rasa ingin tahu alamiah anak dengan menghadapkan masalah-masalah yang relevan dengan kebutuhan, tujuan, dan minat anak.
2.      Perkenankanlah anak untuk ikut serta dalam menyusun dan merencanakan kegiatan-kegiatan belajar.
3.      Berikanlah pengalaman dari kehidupan nyata yang meminta peran serta aktif anak dan kembangkan kemampuan yang perlu untuk itu.
4.      Bertindaklah, lebih sebagai sumber belajar daripada sebagai penyampai infomasi; jangan paksakan pengetahuan yang belum siap diterima anak.
5.      Usahakan agar program belajar cukup luwes untuk mendorong siswa melakukan penyelidikan, percobaan, (eksperimen), dan penemuan sendiri.
6.      Doronglah dan hargailah inisiatif, keinginan mengetahui dan menguji, serta orisinalitas.
7.      Biarkan anak belajar dari kesalahannya dan menerima akibatnya (tentu saja selama tidak berbahaya dan membahayakan).
d)     Guru anak berbakat lebih banyak memberikan tantangan daripada tekanan. Prakarsa dan keuletan anak berbakat membuatnya tertarik terhadap tantangan. Ia senang menguji kemampuan dan penglamannya terhadap tugas yang bermakna baginya. Ia merasa tertantang untuk menjajaki hal yang sulit dan belum diketahui. Anak yang berbakat dan kreatif cepat bosan dengan tugas-tugas rutin dan yang hanya mengulang-ulang.
e)      Guru anak berbakat tidak hanya memperhatikan produk atau hasil belajar siswa, tetapi lebih-lebih proses belajar.
Belajar bagaimana harus menyadari bahwa belajar (learn) lebih penting daripada menguasai bahan pengetahuan semata-mata. Anak yang tahu bagaimana harus belajar untuk seumur hidupnya akan dapat menentukan sendiri apa yang harus dipelajari.
Macam kegiatan belajar yang lebih berorientasi kepada proses daripada terhadap produk semata-mata dapat dilihat dari contoh-contoh berikut ini.
a)      Pemecahan masalah dengan lebih menekankan pada proses memperoleh jawaban daripada jawabannya sendiri.
b)      Membuat klasifikasi (penggolongan).
c)      Membandingkan dan mempertentangkan.
d)     Membuat pertimbangan sesuai dengan criteria tertentu.
e)      Menggunakan sumber-sumber (kamus, ensiklopedi, perpustakaan).
f)       Melakukan proyek penelitian.
g)      Melakukan diskusi.
h)      Membuat perencanaan kegiatan.
i)        Mengevaluasi pengalaman.
f)       Guru anak berbakat lebih baik memberikan umpan-balik daripada penilaian.
g)       Guru anak berbakat harus menyediakan beberapa alternatif strategi belajar.  Selain itu guru juga memberikan beberapa saran yaitu :
ü  Guru menghargai kreativitas anak.
ü  Guru bersikap terbuka terhadap gagasan-gagasan baru.
ü  Guru mengakui dan menghargai adanya perbedaan individual.
ü  Guru bersikap menerima dan menunjang anak.
ü  Guru menyediakan pengalaman belajar yang berdiferensiasi.
ü  Guru cukup memberikan struktur dalam mengajar sehingga anak tidak merasa ragu-ragu tetapi di lain pihak cukup luwes sehingga tidak menghambat pemikiran, sikap, dan perilaku kreatif anak.
ü  Setiap anak ikut mengambil bagian dalam merencanakan pekerjaan sendiri dan pekerjaan kelompok.
ü  Guru tidak bersikap sebagai tokoh yang “maha mengetahui” tetapi menyadari keterbatasannya sendiri.
ü  Jelaslah bahwa peran guru sangat penting, tidak hanya dalam mempengaruhi belajar siswa selama di sekolah, tetapi juga dalam mempengaruhi masa depan anak.
















BAB III PENUTUP
3.1  Simpulan
“Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasarkan data informasi atau unsur yang ada, berdasarkan data atau informasi yang tersedia, menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya adalah pada kualitas, ketepat gunaan dan keragaman jawaban yang mencerminkan kelancaran, keluwesan dan orisinalitas dalam berfikir serta kemampuan untuk mengelaborasi suatu gagasan”.
Indikator kreativitas belajar siswa dapat dimpulkan sebagai berikut:
a)      Memiliki dorongalaman baru
b)      Memiliki keasyikan dalam mengerjakan tugas-tugas yang sulit
c)      Memiliki inisiatif
d)     Enerjik dan ulet dan memiliki ketekunan yang tinggi
e)      Cenderung kritis terhadap orang lain
f)       Berani menyatakan pendapat dan keyakinannya
g)      Selalu ingin tahu atau memiliki rasa ingin tahu yang tinggi
h)      Menyukai tugas-tugas yang majemuk atau hal-hal yang kompleks
i)        Memiliki disiplin diri yang tinggi
j)        Memiliki kemandirian yang tinggi
k)      Memiliki kemampuan berpikir divergen yang tinggi
l)        Memiliki memori dan atensi yang baik
m)    Memiliki wawasan yang luas
Utami Munandar (1988) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi kreativitas adalah sebagai berikut :
5.      Usia
6.      Tingkat pendidikan orang tua
7.      Tersedianya fasilitas dan
8.      Penggunaan waktu luang.
Selama di sekolah, guru mempunyai peran penting terhadap penyesuaian emosional dan sosial anak dan terhadap perkembangan kepribadiannya. Sehubungan dengan perkembangan intelektual, pada semua jenjang pendidikan guru merupakan kunci kegiatan belajar siswa yang berhasil guna (efektif), terutama pada tingkat sekolah dasar. Hal ini mudah dipahami karena di sekolah dasar umumnya seluruh pelajaran dipegang oleh guru kelas, kecuali mingkin untuk pelajaran seperti Agama, Olahraga, dan Kesenian yang menuntut keterampilan khusus dari guru. 























Daftar Pustaka
Munandar, Utami. (1999). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah.  Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.