PENGEMBANGAN
BERFIKIR KREATIF
Disusun
guna memenuhi tugas mata kuliah Strategi Belajar Mengajar
Oleh
:
Yulia
Kusmawati (120210302018)
Kelas B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
BAB I
Pendahuluan
1. 1 Latar Belakang
Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan
sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam bentuk
ciri-ciri aptitude maupun non-aptitude, baik dalam bentuk karya baru maupun
kombinasi dengan hal-hal sudah ada, yang semuanya itu relatif berbeda dengan
apa yang telah ada sebelumnya.
Kreativitas merupakan salah satu
potensi yang dimiliki anak yang perlu dikembangkan sejak usia dini. Setiap anak memiliki bakat kreatif,
dan ditinjau dari segi pendidikan bakat kreatif dapat dikembangkan dan perlu
dipupuk sejak dari usia dini. Bila bakat kreatif anak tidak dipupuk maka bakat
tersebut tidak akan berkembang secara optimal, bahkan menjadi bakat yang
terpendam yang tidak dapat diwujudkan. Oleh sebab itu diperlukan upaya
pendidikan yang dapat mengembangkan kreativitas anak.
Hasil penelitian Samples (1997) menyimpulkan bahwa bila
proses dan fungsi belahan otak kanan ditingkatkan, harga diri seseorang
meningkat, berbagai keterampilan kinerja pun bertambah dan peserta didik
memperlihatkan kecenderungan menjelajahi materi berbagai bidang dengan lebih
mendalam dan lebih tekun. Hal senada juga ditegaskan oleh hasil penelitian Jung
(1964) yang menyimpulkan bahwa ada kaitan kreativitas dengan fungsi dasar
manusia, yaitu berfikir, merasa, menginderakan dan intuisi (basic function
thinking, feeling, sensing and intuiting).
Selain
itu menurut Munandar (2004) dalam upaya membantu anak mewujudkan kreativitas
mereka, anak perlu dilatih dalam keterampilan tertentu sesuai dengan minat
pribadinya dan diberi kesempatan untuk mengembangkan bakat mereka. Tugas
pendidiklah atau orang tua untuk menciptakan iklim yang merangsang pemikiran
dan keterampilan kreatif anak serta menyediakan sarana prasarana yang
dibutuhkan.
Namun itu saja tidaklah cukup.
Disamping perhatian, dorongan dan pelatihan dari lingkungan, perlu ada motivasi
intrinsik pada anak. Minat anak untuk melakukan sesuatu harus tumbuh dari dalam
dirinya sendiri, atas keinginannya sendiri.
1. 2 Rumusan masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan kreativitas ?
2. Apa
saja cirri-ciri kreativitas?
3. Factor
apa sajakah yang mempengaruhi peserta didik untuk melakukan kreativitas?
4. Bagaimana
peran guru dalam mengembangkan kreativitas peserta didiknya?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Keativitas
Kreatifitas
kaitannya erat dengan imajinasi, karena kreatifitas mengembangkan daya fikir,
daya fantasi yang sifatnya intelektual. pengertian kreatifitas menurut KBBI
berarti hasil dari kemampuan mencipta. dengan daya imajinasi seseorang dapat menciptakan
buah fikir yang ada kaitannya dengan kebutuhan hidup manusia. untuk
mengembangkan pribadi dan intelektual manusia perlu memiliki pengetahuan dan
kreatifitas.
Kata kreativitas berasal dari “create” yang berarti
pandai mencipta. Dalam pengertian yang lebih luas, kreativitas berarti suatu
proses yang tercermin dalam kelancaran, kelenturan (fleksibilitas) dan
originalitas berfikir. Menurut Hurlock (2005:4), “Kreativitas adalah kemampuan
untuk menghasilkan komposisi, produk, atau gagasan apa saja yang pada dasarnya
baru dan sebelumnya tidak dikenal pembuatannya”. Menurut Munandar yang
diterjemahkan Sukmadinata (2003:104):
“Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru
berdasarkan data informasi atau unsur yang ada, berdasarkan data atau informasi
yang tersedia, menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah,
dimana penekanannya adalah pada kualitas, ketepat gunaan dan keragaman jawaban yang
mencerminkan kelancaran, keluwesan dan orisinalitas dalam berfikir serta
kemampuan untuk mengelaborasi suatu gagasan”.
Kreativitas didefinisikan secara berbeda-beda oleh para
pakar berdasarkan sudut pandang masing-masing. Perbedaan sudut pandang ini
menghasilkan berbagai definisi kreativitas dengan penekanan yang berbeda-beda.
Barron (Ali & Asrori, 2005) mendefinisikan kreativitas sebagai kemampuan
untuk menciptakan sesuatu yang baru, meskipun tidak mesti baru sama sekali.
Hurlock (1978) menegaskan bahwa kreativitas meupakan gabungan dari gagasan atau
produk lama ke dalam bentuk baru. Dengan demikian, yang lama menjadi dasar
untuk menghasilkan yang baru.
Guilford (Ali & Asrori, 2005) menyatakan bahwa
kreativitas mengacu pada kemampuan yang menandai ciri-ciri seorang kreatif.
Salah satunya adalah kemampuan berpikir divergen. Kemampuan berpikir divergen
merupakan kemampuan individu untuk mencari berbagai alternatif jawaban terhadap
suatu persoalan. Guilford menekankan bahwa orang-orang kreatif lebih banyak
memiliki cara berpikir divergen daripada konvergen (cara berpikir individu yang
menganggap hanya ada satu alternatif jawaban dari suatu
permasalahan).
Munandar (Ali & Asrori, 2005)
mengungkapkan bahwa: ”Kreativitas
adalah kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas
dalam berpikir serta kemampuan untuk mengelaborasi suatu gagasan.” Utami
Munandar membahas lebih mendalam bahwa kreativitas merupakan hasil interaksi
individu dengan lingkungannya. Lingkungan dapat mendukung berkembangnya
kreativitas dan dapat menghambat perkembangannya.
Rogers (Ali & Asrori, 2005)
memandang kreativitas sebagai suatu proses munculnya hasil-hasil baru ke dalam
suatu tindakan. Hasil-hasil baru itu berasal dari sifat-sifat unik individu
yang berinteraksi dengan individu lain. Kreativitas dapat muncul dalam situasi
kebersamaan dan relasi yang bermakna.
Berdasarkan berbagai definisi
kreativitas itu, Rhodes (Munandar, 1999) mengelompokkan berbagai definisi
tersebut ke dalam empat kategori, yaitu person (pribadi), press (pendorong),
process (proses), dan product (produk).
Berdasarkan penjelasan Sternberg, sejumlah definisi kreatif
yang tergolong ke dalam kategori pribadi menyimpulkan bahwa pribadi dari
individu yang kreatif merupakan titik pertemuan antara intelegensi (antara lain
kemampuan verbal, pemikiran lancar, pengetahuan, perencanaan, perumusan
masalah, dan keterampilan pengambilan keputusan); gaya kognitif (antara lain
menciptakan aturan sendiri, melakukan hal-hal dengan caranya sendiri, menyukai
masalah yang tidak terlalu terstruktur, dan senang merancang); dan
kepribadian/motivasi (antara lain kelenturan, dorongan untuk berprestasi,
keuletan dalam menghadapi rintangan, dan keberanian mengambil resiko yang
moderat) (Munandar, 1999).
Kategori proses, Torrance (Sternberg dalam Munandar, 1999)
mengungkapkan bahwa proses kreatif pada dasarnya serupa dengan langkah-langkah
dalam metode ilmiah, yaitu kesadaran adanya kesulitan/masalah, membuat dugaan
dan hipotesa, menguji dugaan/hipotesis, mengevaluasi dan menguji ulang
hipotesis, serta menyimpulkan hasil temuan.
Kategori pendorong tidak hanya
berasal dari diri sendiri (internal) tetapi juga dari lingkungan (eksternal).
Simpson menjelaskan bahwa dorongan internal yaitu kekuatan untuk menyelesaikan
masalah dengan tahapan yang tidak sesuai dengan ketentuan (Munandar 1999).
Mengenai dorongan dari lingkungan, kreativitas tidak berkembang pada lingkungan
yang tidak menghargai imajinasi, lingkungan yang terlalu menekankan konformitas
dan tradisi, dan kurang terbuka terhadap perubahan (Munandar 1999).
Kategori produk kreatif menekankan
definisinya pada orisinalitas, kebaruan, dan kebermaknaan. Produk yang
dihasilkan merupakan kombinasi dari sesuatu yang sudah ada sebelumnya, sebagai
contoh misalnya kursi roda merupakan perpaduan antara kursi dan roda. Produk
kreatif memiliki karakteristik yaitu produk tersebut harus nyata, baru, dan
merupakan hasil unik individu dalam interaksinya dengan lingkungannya (Rogers
dalam Munandar, 1999).
Keempat kategori ini saling
berkaitan. Pribadi kreatif yang melibatkan diri dalam proses kreatif, dengan
dukungan/dorongan dari lingkungan menghasilkan suatu produk keratif. Dengan
demikian, penting mengembangkan bakat kreatif seorang anak sejak dini yang
dimulai dengan dorongan dari lingkungan, terutama lingkungan keluarga.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas
belajar adalah suatu kondisi, sikap, kemampuan, dan proses perubahan tingkah
laku seseorang untuk menghasilkan produk atau gagasan mencari pemecahan masalah
yang lebih efisien dan unik dalam proses belajar.
Menurut TORRANCE
(1962), kreatifitas dapat didefinisikan secara inklusif, yaitu meliputi
semua usaha produktif yang unik dari individu. dengan kata lain kreatifitas
dapat diartikan sebagai pola berfikir yang timbul secara spontan dan
imajinatif, yang bercirikan hasil artistik, penemuan ilmiah, dan penciptaan
mekanik. dalam proses kreatifitas ada dua pandangan yaitu:
1. Pandangan
Asosiasi
Menyatakan
bahwa kreatifitas menyangkut pembentukan asosiasi stimulus-respons. jadi
pandangan ini menekankan pada asosiasi yang dipelajari sebelumnya yang dihidupkan
kembali kemudian dirangkaikan.
2. Pandangan
Kognitif
Menyatakan bahwa kreatifitas melibatkan penggabungan gagasan
dan informasi dalam cara baru yang berbeda. jadi pandangan ini menekankan bahwa
analisis kognitif kreatifitas tidak semata-mata pada asosiasi yang luar biasa
tetapi pada gagasan baru yang bermakna. contohnya ketrampilan berpikir lancar,
ketrampilan berfikir luwes atau fleksibel, ketrampilan berpikir orisional,
ketrampilan merinci atau mengelaborasi serta ketrampilan menilai.
Proses kreatif berlangsung mengikuti tahap-tahap tertentu.
tidak mudah mengidentifikasi secara persis pada tahap manakah suatu proses
kreatif itu sedang berlangsung dan dapat diamati adalah gejalanya berupa
prilaku yang ditampilkan oleh individu.
Menurut Wallas
(1991), ia menemukan empat tahapan proses kreatif yaitu :
1. Persiapan
(Preparation)
Pada tahap ini individu berusaha mengumpulkan informasi atau
data untuk memecahkan masalah yang dihadapi. individu mencoba memikirkan
berbagai alternative pemecahan masalah terhadap masalah yang dihadapi. Dengan
bekal ilmu pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki, individu berusaha
menjajaki berbagai kemungkinan jalan yang dapat ditempuh untuk memecahkan
masalah. namun pada tahap ini belum ada arah yang tetap meskipun sudah mampu
mengeksplorasi berbagai alternative pemecahan masalah. pada tahap ini masih
amat diperlukan perkembangan kemampuan divergen.
2. Inkubasi
(incubation)
Pada tahap ini, proses pemecahan masalah “dierami” dalam
alam prasadar. individu seolah-olah melepaaskan diri untuk sementara waktu dari
masalah yang dihadapinya, dalam pengertian tidak memikirkannya secara sadar
melainkan mengendapannya dalam alam prasadar. proses inkubasi ini dapat
berlangsung lama( berhari-hari atau bahkan bertahun) dan juga bisa sebentar
(beberapa jam saja) kemudian timbul inspirasi atau gagasan untuk pemecahan
masalah.
3. Iluminasi
(illumination)
Tahap ini sering disebut sebagai tahap timbulnya insight.
pada tahap ini sudah dapat timbul inspirasi atau gagasan-gagasan baru. ini
timbul setelah diendapkan dalam waktu yang lama atau bisa juga sebentar pada
tahap inkubasi.
4.
Verifikasi (Verification)
Pada tahap ini, gagasan yang telah muncul dievaluasi secara
kritis dan konvergen serta menghadapkannya kepada realitas. pada tahap ini
pemikiran divergen harus diikuti oleh pemikiran selektif dan sengaja.
penerimaan secara total harus diikuti oleh kritik. filsafat harus diikuti oleh
pemikiran logis. keberanian harus diikuti oleh sikap hati-hati. imajinasi harus
diikuti oleh pengujian terhadap realitas. jadi pada tahap preparation,
incubation, dan illumination adalah proses berfikir divergen yang menonjol maka
dalam tahap verification yang lebih menonjol adalah proses berpikir konvergen.
Kreatifitas juga dapat ditinjau dari
4 aspek, yaitu :
a)
Kreativitas dari aspek pribadi, muncul dari keunikan pribadi
individu dalam interaksi dengan lingkungannya. setiap anak mempunyai bakat
kreatif, namun masing-masing dalam bidang dan kadar yang berbeda-beda.
kreativitas sebagai kemampuan berfikir meliputi kelancaran, kelenturan,
orisinalitas, dan elaborasi.
b)
Kelancaran disini berkaitan dengan kemampuan untuk
membangkitkan sejumlah besar ide-ide, dengan hal tersebut akan semakin besar
kesempatan untuk menemukan ide-ide yang baik.
c)
Orisinalitas adalah kemampuan untuk menghasilkan ide-ide
luar biasa, memecahkan problem dengan cara yang luar biasa atau menggunakan
hal-hal atau situasi yang luar biasa. individu yang kreatif membuahkan
tanggapan yang luar biasa, membuat asosiasi jarak jauh dan membuahkan tanggapan
yang cerdik serta mempunyai gagasan yang jarang dimiliki oranglain.
d)
Elaborasi adalah kemampuan menyatakan pengarahan ide secara
terperinci untuk mewujudkan ide secara terperinci untuk mewujudkan ide jadi
kenyataan.
1
Pendorong menunjuk pada perlunya dorongan dari dalam
individu (berupa minat, hasrat, dan motivasi) dan dari luar (keluarga, sekolah,
masyarakat) agar bakat kreatif dapat diwujudkan. Sehubungan dengan hal ini
pendidik diharapkan dapat member dukungan, perhatian, serta sarana prasarana
yang diperlukan.
2
Kreatifitas sebagai proses ialah proses bersibuk diri secara
kreatif. Pada anak usia prasekolah hendaknya kreatifitas sebagai proses yang
diutamakan, dan jangan terlalu cepat mengharapkan produk kreatif yang bermakna
dan bermanfaat. jika pendidik terlalu cepat menuntut produk kreatif yang
memenuhi mutu tertentu, hal ini akan mengurangi kesenangan dan keasyikan anak
untuk berkreasi.
3
Kreatifitas sebagai produk merupakan suatu ciptaan baru yang
bermakna bagi individu dan atau bagi
lingkungannya. Pada seorang anak, hasil karyanya sudah dapat disebut kreatif,
jika baginya hal itu baru, ia belum pernah membuat itu sebelumnya dan ia tidak
meniru atau mencontoh pekerjaan orang lain. dan yang penting produk kreatifitas
anak perlu dihargai agar ia merasa puas dan tetap bersemangat dalam berkreasi.
Kegiatan kreatif ini bertujuan membentangkan alam pikiran dan perasaan anak,
menjangkau masa lalu, dan masa depan, menantang maka menjajaki bidang-bidang
baru, memikirkan hal-hal baru yang belum terpikir sebelumnya, mengantisipasi
akibat-akibat dari hipotesis, menggunakan daya imajinasi dan firasatnya dalam
memecahkan masalah.
2.2 Ciri-Ciri
Kreativitas
Piers (Asrori, 2009:72) mengemukakan bahwa karakteristik
kreativitas adalah sebagai berikut :
1. Memiliki dorongan (drive) yang tinggi
2. Memiliki keterlibatan yang tinggi
3. Memiliki rasa ingin tahu yang besar
4. Memiliki ketekunan yang tinggi
5. Cenderung tidak puas terhadap
kemapanan
6. Penuh percaya diri
7. Memiliki kemandinian yang tinggi
8. Bebas dalam mengambil keputusan
9. Menerima diri sendiri
10. Senang humor
11. Memiliki intuisi yang tinggi
12. Cenderung tertarik kepada hal-hal
yang kompleks
13. Toleran terhadap ambiguitas
14. Bersifat sensitif.
Utami Munandar (1992) mengemukakan cini-ciri kreativitas
adalah sebagai berikut :
1.
Senang
mencari pengalaman baru
2.
Memiliki
keasyikan dalam mengerjakan tugas-tugas yang sulit
3.
Memiliki
inisiatif
4.
Memiliki
ketekunan yang tinggi
5.
Cenderung
kritis terhadap orang lain
6.
Berani
menyatakan pendapat dan keyakinannya
7.
Selalu
ingin tahu
8.
Peka
atau perasa
9.
Enerjik
dan ulet
10.
Menyukai
tugas-tugas yang majemuk
11.
Percaya
kepada diri sendiri
12.
Mempunyai
rasa humor
13.
Memiliki
rasa keindahan
14.
Berwawasan
masa depan dan penuh imajinasi.
Adapun
Clark (Asori, 2009:73) mengemukakan karakteristik kreativitas adalah
sebagaiberikut:
a) Memiliki disiplin diri yang tinggi
b) Memiliki keterlibatan yang tinggi
c) Memiliki rasa ingin tahu yang besar
d) Penuh percaya diri atau percaya
kepada diri sendiri
e) Memiliki kemandirian yang tinggi
f) Senang mencari penMemiliki
kemandirian yang tinggi
g) Cenderung sering menentang otoritas
h) Memiliki rasa humor
i)
Mampu
menentang tekanan kelompok
j)
Lebih
mampu menyesuaikan diri
k) Senang berpetualang
l)
Toleran
terhadap ambiguitas
m) Kurang toleran terhadap hal-hal yang
membosankan
n) Menyukai hal-hal yang kompleks
o) Memiliki kemampuan berpikir divergen
yang tinggi
p) Memiliki memori dan atensi yang baik
q) Memiliki wawasan yang luas
r) Mampu berpikir periodic
s) Memerlukan situasi yang mendukung
t) Sensitif terhadap lingkungan
u) Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi
v) Memiliki nilai estetik yang tinggi
Mengacu
pada beberapa pendapat di atas, indikator kreativitas belajar siswa dapat
dimpulkan sebagai berikut:
a) Memiliki dorongalaman baru
b) Memiliki keasyikan dalam mengerjakan
tugas-tugas yang sulit
c) Memiliki inisiatif
d) Enerjik dan ulet dan memiliki
ketekunan yang tinggi
e) Cenderung kritis terhadap orang lain
f) Berani menyatakan pendapat dan
keyakinannya
g) Selalu ingin tahu atau memiliki rasa
ingin tahu yang tinggi
h) Menyukai tugas-tugas yang majemuk
atau hal-hal yang kompleks
i)
Memiliki
disiplin diri yang tinggi
j)
Memiliki
kemandirian yang tinggi
k) Memiliki kemampuan berpikir divergen
yang tinggi
l)
Memiliki
memori dan atensi yang baik
m) Memiliki wawasan yang luas
2.3 Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Kreativitas
Kreativitas
tidak hanya tergantung pada potensi bawaan yang khusus, tetapi juga pada
perbedaan mekanisme mental atau sikap mental yang menjadi sarana untuk
mengungkapkan sifat bawaan tersebut. Menurut Hurlock (2005:11) beberapa
kegiatan untuk meningkatkan kreativitas adalah:
a.
Waktu
Untuk
menjadi kreatif kegiatan anak seharusnya jangan diatur sedemikian rupa sehingga
anak mempunyai sedikit waktu bebas untuk bermain-main dengan gagasan dan konsep
yang dipahaminya.
b.
Kesempatan
Apabila
mendapat tekanan dari kelompok, kemudian anak menyendiri, maka ia menjadi lebih
kreatif.
c.
Dorongan
Orang tua sangat berperan dalam hal ini, anak
seharusnya dibebaskan dari ejekan dan kritik yang sering kali memojokkan anak.
d.
Sarana
Harus
disediakan untuk merangsang dorongan eksperimen dan eksplorasi yang merupakan
unsur penting dari kreativitas.
e.
Lingkungan
Keadaan
lingkungan yang merangsang kreativitas anak.
f.
Hubungan
dengan orang tua
Orang
tua yang terlalu melindungi atau terlalu posesif terhadap anak dapat menghambat
proses kreativitas.
g.
Cara
mendidik anak
Mendidik
secara demokratis dan permisif di rumah dan di sekolah akan meningkatkan
kreativitas, sedangkan mendidik dengan cara otoriter menghambat proses
kreativitas.
h.
Pengetahuan
Semakin banyak pengetahuan yang
diperoleh anak maka semakin banyak dasar untuk mencapai peningkatan
kreativitas.
Kreativitas
tidak dapat berkembang secara otomatis, tetapi membutuhkan rangsangan dari
lingkungan. Beberapa ahli mengemukakan faktor-faktor yang memengaruhi
perkembangan kreativitas.
Utami Munandar
(1988) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi kreativitas adalah
sebagai berikut :
1.
Usia
2.
Tingkat pendidikan orang tua
3.
Tersedianya fasilitas dan
4.
Penggunaan waktu luang.
Clark (1983)
mengategorikan faktor-faktor yang memengaruhi kreativitas dalam dua kelompok,
yaitu faktor yang mendukung dan faktor yang menghambat. Faktor-faktor yang
dapat mendukung perkembangan kreativitas adalah sebagai berikut.
1.
Situasi yang menghadirkan ketidaklengkapan serta
keterbukaan.
2.
Situasi yang memungkinkan dan mendorong timbulnya
pertanyaan.
3.
Situasi yang dapat mendorong dalam rangka menghasilkan
sesuatu.
4.
Situasi yang mendorong tanggung jawab dan kemandirian.
5.
Situasi yang menekankan inisiatif diri untuk menggali,
mengamati, bertanya, merasa, mengklasifikasikan, mencatat, menerjemahkan,
memperkirakan, menguji hasil perkiraan, dan mengomunikasikan.
6.
Kedwibahasaan yang memungkinkan untuk pengembangan
potensi kreativitas secara lebih luas karena akan memberikan pandangan dunia
secara lebih bervariasi, lebih fleksibel dalam menghadapi masalah, dan mampu
mengekspresikan dirinya dengan cara yang berbeda dari umumnya yang dapat muncul
dari pengalaman yang dimilikinya.
7.
Perhatian dari orangtua terhadap minat anaknya,
stimulasi dari lingkungan sekolahnya, dan motivasi diri.
Sedangkan
faktor-faktor yang menghambat berkembangnya kreatifitas adalah sebagai berikut:
1. Adanya
kebutuhan akan keberhasilan,ketidakberanian dalam menanggung risiko, atau upaya
mengejar sesuatu yang belum diketahui.
2. Konformitas
terhadap teman-teman kelompoknya dan tekanan sosial.
3. Kurang
berani dalam melakukan eksplorasi, menggunakan imajinasi, dan penyelidikan.
4. Stereotip
peranseks atau jenis kelamin.
5. Diferensiasi
antara bekerja dan bermain.
6. Otoritarianisme.
7. Tidak
menghargai terhadap fantasi dan khayalan.
Miller dan
Gerard (Adams dan Gullota,1979) mengemukakan adanya pengaruh keluarga pada
perkembangan kreativitas anak dan remaja sebagai berikut :
1.
Orang tua yang memberikan rasa aman.
2.
Orang tua mempunyai berbagai macam minat pada kegiatan
didalam dan diluar rumah.
3.
Orang tua memberikan kepercayaan dan menghargai
kemampuan anaknya.
4.
Orang tua memberikan otonomi dan kebebasan anak.
5.
Orang tua mendorong anak melakukan sesuatu dengan
sebaik-baiknya.
2.4 Peran
Guru dalam Mengembangkan Kreativitas Anak
Selama di sekolah, guru mempunyai peran penting terhadap
penyesuaian emosional dan sosial anak dan terhadap perkembangan kepribadiannya.
Sehubungan dengan perkembangan intelektual, pada semua jenjang pendidikan guru
merupakan kunci kegiatan belajar siswa yang berhasil guna (efektif), terutama
pada tingkat sekolah dasar. Hal ini mudah dipahami karena di sekolah dasar
umumnya seluruh pelajaran dipegang oleh guru kelas, kecuali mingkin untuk
pelajaran seperti Agama, Olahraga, dan Kesenian yang menuntut keterampilan
khusus dari guru.
Masalah khusus yang berhubungan dengan pengajaran anak berbakat
pada dasarnya merupakan masalah bagaimana menghadapi perbedaan-perbedaan anak.
Perbedaan dalam peran guru berdasarkan ciri-ciri khas anak berbakat, yang
terampil dalam situasi belajar dan cara guru menangani ciri-ciri tersebut.
Karena falsafah pendidikan mengakui adanya perbedaan individual dan bertujuan
mengembangkan bakat dan kemampuan setiap anak didik secara optimal, maka dengan
sendirinya kualifikasi guru harus berbeda sesuai dengan sifat-sifat dan
kemampuan anak didik.
Apakah implikasinya bagi guru anak berbakat? Implikasi
tersebut disimpulkan oleh Barbed an Renzulli (Munandar, 1999: 62) sebagai
berikut:
a) Pertama-tama guru perlu memahami diri sendiri, karena anak yang
belajar tidak hanya dipengaruhi oleh apa yang dilakukan guru, tapi juga
bagaimana guru melakukannya.
b) Di samping memahami diri sendiri,
guru guru perlu memiliki pengertian
tentang keberbakatan.
c) Setelah anak berbakat
diidentifikasi, guru hendaknya mengusahakan suatu lingkungan belajar sesuai
dengan perkembangan yang unggul dari kemampuan-kemampuan anak. Barbe dan
Renzulli (Munandar, 1999: 64) mengungkapkan beberapa saran untuk guru yang
dapat diterapkan pada semua anak, tetapi terutama penting demi peningkatan
kebiasaan belajar seumur hidup dari anak berbakat:
1. Bentuklah pengalaman belajar dengan
rasa ingin tahu alamiah anak dengan menghadapkan masalah-masalah yang relevan
dengan kebutuhan, tujuan, dan minat anak.
2. Perkenankanlah anak untuk ikut serta
dalam menyusun dan merencanakan kegiatan-kegiatan belajar.
3. Berikanlah pengalaman dari kehidupan
nyata yang meminta peran serta aktif anak dan kembangkan kemampuan yang perlu
untuk itu.
4. Bertindaklah, lebih sebagai sumber
belajar daripada sebagai penyampai infomasi; jangan paksakan pengetahuan yang
belum siap diterima anak.
5. Usahakan agar program belajar cukup
luwes untuk mendorong siswa melakukan penyelidikan, percobaan, (eksperimen),
dan penemuan sendiri.
6. Doronglah dan hargailah inisiatif,
keinginan mengetahui dan menguji, serta orisinalitas.
7. Biarkan anak belajar dari
kesalahannya dan menerima akibatnya (tentu saja selama tidak berbahaya dan
membahayakan).
d)
Guru
anak berbakat lebih banyak memberikan tantangan
daripada tekanan. Prakarsa dan
keuletan anak berbakat membuatnya tertarik terhadap tantangan. Ia senang
menguji kemampuan dan penglamannya terhadap tugas yang bermakna baginya. Ia
merasa tertantang untuk menjajaki hal yang sulit dan belum diketahui. Anak yang
berbakat dan kreatif cepat bosan dengan tugas-tugas rutin dan yang hanya
mengulang-ulang.
e)
Guru
anak berbakat tidak hanya memperhatikan produk atau hasil belajar siswa, tetapi
lebih-lebih proses belajar.
Belajar
bagaimana harus menyadari bahwa belajar (learn)
lebih penting daripada menguasai bahan pengetahuan semata-mata. Anak yang tahu
bagaimana harus belajar untuk seumur hidupnya akan dapat menentukan sendiri apa
yang harus dipelajari.
Macam
kegiatan belajar yang lebih berorientasi kepada proses daripada terhadap produk
semata-mata dapat dilihat dari contoh-contoh berikut ini.
a) Pemecahan masalah dengan lebih
menekankan pada proses memperoleh jawaban daripada jawabannya sendiri.
b) Membuat klasifikasi (penggolongan).
c) Membandingkan dan mempertentangkan.
d) Membuat pertimbangan sesuai dengan
criteria tertentu.
e) Menggunakan sumber-sumber (kamus,
ensiklopedi, perpustakaan).
f) Melakukan proyek penelitian.
g) Melakukan diskusi.
h) Membuat perencanaan kegiatan.
i)
Mengevaluasi
pengalaman.
f) Guru anak berbakat lebih baik
memberikan umpan-balik daripada penilaian.
g) Guru anak berbakat harus menyediakan beberapa alternatif strategi belajar. Selain itu guru juga memberikan beberapa saran
yaitu :
ü Guru menghargai kreativitas anak.
ü Guru bersikap terbuka terhadap
gagasan-gagasan baru.
ü Guru mengakui dan menghargai adanya
perbedaan individual.
ü Guru bersikap menerima dan menunjang
anak.
ü Guru menyediakan pengalaman belajar
yang berdiferensiasi.
ü Guru cukup memberikan struktur dalam
mengajar sehingga anak tidak merasa ragu-ragu tetapi di lain pihak cukup luwes
sehingga tidak menghambat pemikiran, sikap, dan perilaku kreatif anak.
ü Setiap anak ikut mengambil bagian
dalam merencanakan pekerjaan sendiri dan pekerjaan kelompok.
ü Guru tidak bersikap sebagai tokoh
yang “maha mengetahui” tetapi menyadari keterbatasannya sendiri.
ü Jelaslah bahwa peran guru sangat
penting, tidak hanya dalam mempengaruhi belajar siswa selama di sekolah, tetapi
juga dalam mempengaruhi masa depan anak.
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan
“Kreativitas
adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru berdasarkan data informasi atau
unsur yang ada, berdasarkan data atau informasi yang tersedia, menemukan banyak
kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya adalah pada
kualitas, ketepat gunaan dan keragaman jawaban yang mencerminkan kelancaran,
keluwesan dan orisinalitas dalam berfikir serta kemampuan untuk mengelaborasi
suatu gagasan”.
Indikator kreativitas belajar siswa dapat dimpulkan sebagai
berikut:
a)
Memiliki
dorongalaman baru
b)
Memiliki
keasyikan dalam mengerjakan tugas-tugas yang sulit
c)
Memiliki
inisiatif
d)
Enerjik
dan ulet dan memiliki ketekunan yang tinggi
e)
Cenderung
kritis terhadap orang lain
f)
Berani
menyatakan pendapat dan keyakinannya
g)
Selalu
ingin tahu atau memiliki rasa ingin tahu yang tinggi
h)
Menyukai
tugas-tugas yang majemuk atau hal-hal yang kompleks
i)
Memiliki
disiplin diri yang tinggi
j)
Memiliki
kemandirian yang tinggi
k)
Memiliki
kemampuan berpikir divergen yang tinggi
l)
Memiliki
memori dan atensi yang baik
m)
Memiliki
wawasan yang luas
Utami Munandar
(1988) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi kreativitas adalah
sebagai berikut :
5.
Usia
6.
Tingkat pendidikan orang tua
7.
Tersedianya fasilitas dan
8.
Penggunaan waktu luang.
Selama di sekolah, guru mempunyai peran penting terhadap
penyesuaian emosional dan sosial anak dan terhadap perkembangan kepribadiannya.
Sehubungan dengan perkembangan intelektual, pada semua jenjang pendidikan guru
merupakan kunci kegiatan belajar siswa yang berhasil guna (efektif), terutama
pada tingkat sekolah dasar. Hal ini mudah dipahami karena di sekolah dasar
umumnya seluruh pelajaran dipegang oleh guru kelas, kecuali mingkin untuk
pelajaran seperti Agama, Olahraga, dan Kesenian yang menuntut keterampilan
khusus dari guru.
Daftar Pustaka
Munandar, Utami. (1999). Mengembangkan Bakat dan
Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta:
PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.