Penerapan Metode Role Playing dalam Pembelajaran
Sejarah
Disusun guna memenuhi
tugas mata kuliah Strategi Belajar Mengajar
Oleh :
Yulia Kusmawati (120210302018)
Kelas B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
PEMBAHASAN
A. Definisi Role Playing
Role playing (bermain
peran) merupakan salah satu bentuk pembelajaran dimana peserta didik ikut
terlibat aktif memainkan peran-peran tertentu. Terdapat lima karakteristik role
playing, diantaranya ialah sebagai berikut:
1) Role
playing merupakan sesuatu yang menyenangkan dan memiliki nilai yang positif
bagi anak (peserta didik)
2) Role
playing didasari oleh motivasi yang muncul dari dalam. Jika anak (peserta
didik) melakukan kegiatan tersebut atas kemauannya sendiri.
3) Role
playing bersifat spontan dan sukarela, role playing bukan bersifat wajib.
4) Role
playing senantiasa melibatkan peramm aktif dari anak (peserta didik), baik
secara fisik maupun mental.
5) Role
playing mempunyai hubungan sistematik yang khusus dengan sesuatu yang bukan
bermain, seperti kemampuan kreatif, memecahkan masalah, kemampuan bahasa,
kemampuan memperoleh teman sebanyak mungkin, dan lain sebagainya.
Jill Hadfield (1986)
menyatakan bahwa role playing merupakan suatu permainan gerak yang didalamnya
ada tujuan, aturan, dan sekaligus melibatkan unsur senang. Dalam metode role
playing, peserta didik dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas,
meskipun pada saat itu pembelajaran sedang berlangsung didalam kelas.
Santrock (1995 : 272)
menyatakan bahwa role playing merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan. Role
playing merupakan suatu metode bimbingan dan konseling kelompok yang dilakukan
secara sadar dan diskusi tentang oeran dalam kelompok. Didalam kelas, suatu
masalah diperagakan secara singkat, sehingga peserta didik dapat mengenali atau
memahami karakter tokoh seperti apa yang diperankan oleh peserta didik tersebut.
Metode role playing
(bermain peran) merupakan suatu cara penguasaan bahan-bahan atau materi
pembelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan dari peserta didik dengan
memerankan peran tokoh yang diperankannya. Menurut Sudjana (2009: 89) metode
simulasi (role playing) merupakan suatu cara mengajar dengan jalan mendramatisasikan
bentuk tingkah laku dalam hubungan sosial. Pada metode pembelajaran menggunakan
role playing, proses pembelajaran yang ditekankan pada keterlibatan pemosional
dan pengamatan indera ke dalam suatu situasi masalah yang secara nyata
dihadapi, baik pendidik maupun peserta didik.
Pembelajaran dengan
menggunakan role playing merupakan suatu ativitas yang dramatik, biasanya
ditampilkan oleh sekelompok kecil peserta didik, yang bertujuan untuk
mengeksploitasi beberapa masalah yang ditemukan untuk melengkapi partisipasi
dan pengamat dengan pengalaman belajar yang nantinya dapat meningkatkan
pemahaman (Prasetyo, 2001: 74).
Fogg (2001) menyatakan
bahwa pada kelas-kelas sejarah, dimana pendidik menjadi bosan dengan
pembelajarannya dan menunjukan kurangnya keterlibatan peserta didik dalam
pembelajaran dapat diperbaiki melalui penerapan sistem pembelajaran yang
menggunakan metode role playing (bermain peran).
Pembelajaran dengan
menggunakan role playing merupakan suatu cara penguasaan bahan-bahan
pembelajran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan peserta didik. pengembangan
dan penghayatan tersebut dapat dilakukan oelh peserta didik dengan memerankan
dirinya sebagai tokoh hidup ataupun benda mati. Dalam metode ini dapat
melibatkan peserta didik dan dapat membuat peserta didik senang dalam belajar,
serta metode ini mempunyai nilai tambahan, yaitu:
a) dapat menjamin partisipasi seluruh
peserta didik dan memberi kesempatan kepada mereka untuk menunjukkan
kemampuannya dalam bekerjasama.
b) sebuah permainan merupakan pengalaman
yang menyenangkan bagi peserta didik (Prasetyo, 2001: 72).
B. Langkah-Langkah Role Playing
Supaya metode role
playing (bermain peran) dapat mencapai tujuan yang diinginkan, maka harus
disusun langkah-langkah pembelajaran supaya penggunaan metode ini menjdai lebih
efektif. Adapun langkah-langkah menurut Subari (1994: 93-94), ialah sebagai
berikut:
a) Pendidik
menerangkan teknik (cara) sosiodrama dengan cara yang mudah dimengerti oleh
para peserta didik.
b) Masalah
yang akan dimainkan harus dapat disesuaikan dengan tingkat usia dan kemampuan
masing-masing peserta didik.
c) Pendidik
menceritakan masalah yang akan dimainkan dengan sederhana tetapi jelas, untuk
mengatur adegan dan memberi kesiapan mental para pemain.
d) Jika
sosiodrama tersebut baru dilakukan untuk yang pertama kalinya, maka sebaiknya
para pemerannya ditentukan oleh pendidik.
e) Pendidik
menetapkan para pendengar, yaitu para peserta didik yang tidak menjalankan atau
mendapatkan peran.
f) Pendidik
menetapkan dengan jelas masalah dan peranan yang harus diperankan.
g) Pendidik
menyarankan kata-kata pertama yang harus diucapkan oleh para pemain untuk
memulai permainan tersebut.
h) Pendidik
menghentikan permainan disaat situasi sedang mencapai klimaks, dan kemudian
membuka diskusi umum.
i)
Sebagai hasil diskusi,
pendidik dapat meminta peserta didik untuk menyelesaikan masalah tersebut
dengan menggunakan cara-cara yang lain.
j)
Pendidik dan peserta
didik menarik berbagai kesimpulan dari drama yang dimainkan, baik dalam teknik
maupun dalam isinya.
Langkah-langkah yang
dapat dilakukan untuk menerapkan metode role plaing yaitu sebagai berikut:
1) Menentukan
tujuan pembelajaran
Pada
tahap ini, seorang pendidik menentukan tujuan daari pembelajaran yang hendak
dicapai melalui metode pembelajaran role playing. Kemudian menentukan pula
secara detail apa yang harus dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran.
2) Memilih
konteks dan peran serta menulis skenario
Pada
tahap ini, seorang pendidik sebaiknya secara bersama-sama dengan peserta didik
untuk memilih konteks dan peran yang akan dimainkan, serta menulis skenario. Jika
pendidik menulis sendiri, maka pendidik tersebut harus mencari informasi latar
belakang pada masing-masing karakter atau lebih baik peserta didik juga
membantu mengumpulkan informasi tersebut melalui studi kepustaaan atau sumber
lain yang bersifat relevan.
3) Latihan
pendahuluan
Beberapa
peserta didik dipilh untuk menjadi pemeran dari masing-masing tokoh atau mereka
(peserta didik) mengajukan diri untuk menjadi pemeran dari masing-masing tokoh
tersebut. Kemudian mereka (peserta didik) secara bersamaan berlatih untuk
menjalankan peran tersebut beberapa hari sebelum tampil didepan kelas.
4) Kegiatan
pembelajaran atau pelaksanaan peragaan
Pada
saat kegiatan pembelajaran berlangsung, pendidik menampilkan peserta didik yang
telah mendapatkan peran tersebut dan telah berlatih untuk memerankan karakter
tersebut dalam skenario yang telah dibuat sebelumnya. Sedangkan peserta didik
lainnya (berbentuk kelompok) mengamati dan mencermati peran yang dimainkan oleh
teman-temannya tersebut.
5) Mendiskusikan
kesimpulan
Setelah
kegiatan tersebut dilaksanakan, maka setiap kelompok dapat membahasnya secara
lebih lanjut melalui diskusi kelas. Setiap kelompok mengajukan kesimpulannya,
sedangkan pendidik memberikan umpan balik kepada para peserta didik dan
menjelaskan kesimpulan secara umum.
6) Penilaian
Penilaian
dapat dilakukan terhadap bagaimana peserta didik dalam memerankan karakter dari
tokoh yang diperankannya dalam skenario tersebut. Sedangkan untuk peserta didik
yang menjadi penonton, dapat dinilai dari hasil kemampuan mereka dalam
menginterpretasikan skenario yang telah dipresentasikan. Penilaian juga dapat
dilakukan dengan meminta mereka (peserta didik) untuk menulis sebuah tulisan
pendek yang bersifat reflektif. Penilaian juga mengacu pada tujuan pembelajaran
yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik melalui role playing (bermain
peran) tersebut.
C. Kelebihan Role Playing
Adapun kelebihan dari
metode role playing, diantaranya yaitu sebagai berikut:
a) Materi
yang diperankan dalam pembelajaran dapat dengan kuat dan tahan lama dalam
ingatan peserta didik. Selain itu, meetode role paying juga merupakan sebuah
pengalaman yang menyenangkan dan sulit untuk dilupakan.
b) Metode
role playing merupakan sebuah metode yang sangat menarik bagi peserta didik,
sehingga memungkinkan pembelajaran didalam kelas menjadi lebih dinamis dan
penuh antusias.
c) Metode
role playing dapat membangkitkan semangat optimisme dalam diri peserta didik,
serta dapat menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi.
d) Dengan
metode role playing, peserta didik dapat menghayati peristiwa yang berlangsung
dengan mudah, serta mereka (peserta didik) dapat memetik hikmah yang terkandung
dalam masing-masing peran yang diperankan.
e) Metode
role paying dimungkinkan dapat meningkatkan kemampuan profesional peserta
didik, serta dapat pula menumbuhkan atau membuka kesempatan bagi lapangan
kerja.
Selain kelebihan
tersebut, terdapat beberapa kelebihan lain dari metode role playing, yaitu
sebagai berikut:
a) Peserta
didik dapat melatih dirinya sendiri untuk memahami dan mengingat isi dari bahan
yang akan diperankan. Peserta didik sebagai pemain atau pemeran harus memahami,
menghayati isi dari cerita yang akan dipentaskan secara keseluruhan, terutama
untuk tokoh yang akan diperankannya. Dengan demikian, daya ingat peserta didik
harus tajam dan tahan lama.
b) Peserta
didik dapat berlatih untuk berinisiatif dan berkreatif. Pada saat bermain
peran, para pemain dituntut untuk mengemukakan pendapatnya sesuai dengan waktu
yang tersedia.
c) Bakat
yang terdapat pada diri peserta didik dipupuk melalui role playing, sehingga
dapat dimungkinkan akan muncul atau tumbuh bibit seni drama dari sekolah.
d) Kerjasama
antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaik-baiknya.
e) Peserta
didik memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggungjawab dengan
sesamanya.
f) Bahasa
lisan peserta didik dapat tata menjadi bahasa yang lebih baik supaya lebih
mudah dipahami oleh orang lain.
D. Kelemahan Role Playing
Terdapat beberapa
kelemahan dari metode role playing menurut Wahab (2007: 109), diantaranya ialah
sebagai berikut:
a) Jika
peserta didik tidak dipersiapkan dengan baik, maka terdapat suatu kemungkinan
tidak dapat menjalankan atau memerankan peran yang diperoleh dengan baik.
b) Bermain
peran (role playing) kemungkinan tidak dapat berjalan dengan baik apabila
suasana kelas yang tidak mendukung.
c) Bermain
peran (role playing) tidak selamanya menuju ke arah yang seperti apa yang
diharapkan seseorang yang memainkannya. Bahkan juga mungkin akan berlawanan
dengan apa yang diharapkan.
d) Peserta
didik sering mengalami kesulitan untuk memerankan peran yang diperankannya
dengan baik, khususnya yaitu apabila mereka tidak diarahkan atau tidak
ditugaskan dengan baik. Peserta didik juga perlu mengenal dengan baik apa yang
diperankannya.
e) Bermain
peran (role playing) membutuhkan waktu yang cukup lama.
f) Untuk
menjadikan lancarnya jalan bermain peran (role playing) diperlukan kelompok
yang sensitif, imajinatif, terbuka, serta saling mengenal hingga mampu
bekerjasama dengan baik.
Selain itu,
terdapat pula beberapa kelemahan dari metode role playing, diantarana yaitu
sebagai berikut:
a) Sebagian
peserta didik yang tidak ikut bermain peran dalam materi yang diperagakan
menjadi kurang aktif.
b) Membutuhkan
banyak waktu.
c) Membutuhkan
tempat yang cukup luas.
d) Kelas
lain sering merasa terganggu oleh suara dari para pemain dan tepuk tangan dari
penonton atau pengamat.
E. Alasan Memilih Metode Role
Playing
Alasan memilih metode
role playing untuk pembelajaran sejarah yaitu karena metode ini dirasa cocok
untuk pembelajaran sejarah. Dalam pembelajaran sejarah dengan menggunakan
metode ini dapat membangkitkan semangat peserta didik untuk lebih mendalami
materi-materi yang diajarkan oleh pendidik tentang sejarah. Selain itu, dengan
menggunakan metode ini, peserta didik juga dapat lebih mendalami karakteristik
tokoh yang diperankan dalam bermain peran ini.
Metode role playing
dipilih karena dirasa dapat menghadirkan cerita sejarah kehadapan para peserta
didik. Mereka (peserta didik) dapat mempelajari kehidupan tokoh-tokoh yang
telah dipentaskan oleh beberapa peserta didik lainnya. Dengan metode ini,
peserta didik dapat dengan mudah untuk lebih mendalami peran yang
diperankannya, sedangkan bagi peserta didik lainnya yang tidak mendapatkan
peran, dapat mempelajari atau mengamati materi yang dipentaskan dengan baik.
Metode ini juga dapat
meningkatkan kerjasama antar peserta didik. Peserta didik dapat lebih mudah
berkomunikasi dengan orang lain. Dengan metode ini, tata bahasa yang telah
mereka (peserta didik) miliki dapat lebih ditata dengan baik. Dengan menggunakan
role playing, dapat membangkitkan rasa solidaritas antar sesama. Metode ini
juga dapat mengembangkan bakat terpendam yang ada dalam diri peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Syaiful Bahri & Aswan
Zain. 1995. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta.
METODE%20BELAJAR%20ROLLE%20PLAYING%27%27.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar