Kamis, 18 Desember 2014

Penerapan Metode Role Playing dalam Pembelajaran Sejarah




Penerapan Metode Role Playing dalam Pembelajaran Sejarah

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Strategi Belajar Mengajar


Oleh :
Yulia Kusmawati   (120210302018)
Kelas  B


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
           FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
          UNIVERSITAS JEMBER
             2014/2015




PEMBAHASAN

A. Definisi Role Playing
Role playing (bermain peran) merupakan salah satu bentuk pembelajaran dimana peserta didik ikut terlibat aktif memainkan peran-peran tertentu. Terdapat lima karakteristik role playing, diantaranya ialah sebagai berikut:
1)      Role playing merupakan sesuatu yang menyenangkan dan memiliki nilai yang positif bagi anak (peserta didik)
2)      Role playing didasari oleh motivasi yang muncul dari dalam. Jika anak (peserta didik) melakukan kegiatan tersebut atas kemauannya sendiri.
3)      Role playing bersifat spontan dan sukarela, role playing bukan bersifat wajib.
4)      Role playing senantiasa melibatkan peramm aktif dari anak (peserta didik), baik secara fisik maupun mental.
5)      Role playing mempunyai hubungan sistematik yang khusus dengan sesuatu yang bukan bermain, seperti kemampuan kreatif, memecahkan masalah, kemampuan bahasa, kemampuan memperoleh teman sebanyak mungkin, dan lain sebagainya.
Jill Hadfield (1986) menyatakan bahwa role playing merupakan suatu permainan gerak yang didalamnya ada tujuan, aturan, dan sekaligus melibatkan unsur senang. Dalam metode role playing, peserta didik dikondisikan pada situasi tertentu di luar kelas, meskipun pada saat itu pembelajaran sedang berlangsung didalam kelas.
Santrock (1995 : 272) menyatakan bahwa role playing merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan. Role playing merupakan suatu metode bimbingan dan konseling kelompok yang dilakukan secara sadar dan diskusi tentang oeran dalam kelompok. Didalam kelas, suatu masalah diperagakan secara singkat, sehingga peserta didik dapat mengenali atau memahami karakter tokoh seperti apa yang diperankan oleh peserta didik tersebut.
Metode role playing (bermain peran) merupakan suatu cara penguasaan bahan-bahan atau materi pembelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan dari peserta didik dengan memerankan peran tokoh yang diperankannya. Menurut Sudjana (2009: 89) metode simulasi (role playing) merupakan suatu cara mengajar dengan jalan mendramatisasikan bentuk tingkah laku dalam hubungan sosial. Pada metode pembelajaran menggunakan role playing, proses pembelajaran yang ditekankan pada keterlibatan pemosional dan pengamatan indera ke dalam suatu situasi masalah yang secara nyata dihadapi, baik pendidik maupun peserta didik.
Pembelajaran dengan menggunakan role playing merupakan suatu ativitas yang dramatik, biasanya ditampilkan oleh sekelompok kecil peserta didik, yang bertujuan untuk mengeksploitasi beberapa masalah yang ditemukan untuk melengkapi partisipasi dan pengamat dengan pengalaman belajar yang nantinya dapat meningkatkan pemahaman (Prasetyo, 2001: 74).
Fogg (2001) menyatakan bahwa pada kelas-kelas sejarah, dimana pendidik menjadi bosan dengan pembelajarannya dan menunjukan kurangnya keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran dapat diperbaiki melalui penerapan sistem pembelajaran yang menggunakan metode role playing (bermain peran).
Pembelajaran dengan menggunakan role playing merupakan suatu cara penguasaan bahan-bahan pembelajran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan peserta didik. pengembangan dan penghayatan tersebut dapat dilakukan oelh peserta didik dengan memerankan dirinya sebagai tokoh hidup ataupun benda mati. Dalam metode ini dapat melibatkan peserta didik dan dapat membuat peserta didik senang dalam belajar, serta metode ini mempunyai nilai tambahan, yaitu:
a) dapat menjamin partisipasi seluruh peserta didik dan memberi kesempatan kepada mereka untuk menunjukkan kemampuannya dalam bekerjasama.
b) sebuah permainan merupakan pengalaman yang menyenangkan bagi peserta didik (Prasetyo, 2001: 72).

B. Langkah-Langkah Role Playing
Supaya metode role playing (bermain peran) dapat mencapai tujuan yang diinginkan, maka harus disusun langkah-langkah pembelajaran supaya penggunaan metode ini menjdai lebih efektif. Adapun langkah-langkah menurut Subari (1994: 93-94), ialah sebagai berikut:
a)      Pendidik menerangkan teknik (cara) sosiodrama dengan cara yang mudah dimengerti oleh para peserta didik.
b)      Masalah yang akan dimainkan harus dapat disesuaikan dengan tingkat usia dan kemampuan masing-masing peserta didik.
c)      Pendidik menceritakan masalah yang akan dimainkan dengan sederhana tetapi jelas, untuk mengatur adegan dan memberi kesiapan mental para pemain.
d)     Jika sosiodrama tersebut baru dilakukan untuk yang pertama kalinya, maka sebaiknya para pemerannya ditentukan oleh pendidik.
e)      Pendidik menetapkan para pendengar, yaitu para peserta didik yang tidak menjalankan atau mendapatkan peran.
f)       Pendidik menetapkan dengan jelas masalah dan peranan yang harus diperankan.
g)      Pendidik menyarankan kata-kata pertama yang harus diucapkan oleh para pemain untuk memulai permainan tersebut.
h)      Pendidik menghentikan permainan disaat situasi sedang mencapai klimaks, dan kemudian membuka diskusi umum.
i)        Sebagai hasil diskusi, pendidik dapat meminta peserta didik untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan menggunakan cara-cara yang lain.
j)        Pendidik dan peserta didik menarik berbagai kesimpulan dari drama yang dimainkan, baik dalam teknik maupun dalam isinya.

Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menerapkan metode role plaing yaitu sebagai berikut:
1)      Menentukan tujuan pembelajaran
Pada tahap ini, seorang pendidik menentukan tujuan daari pembelajaran yang hendak dicapai melalui metode pembelajaran role playing. Kemudian menentukan pula secara detail apa yang harus dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran.
2)      Memilih konteks dan peran serta menulis skenario
Pada tahap ini, seorang pendidik sebaiknya secara bersama-sama dengan peserta didik untuk memilih konteks dan peran yang akan dimainkan, serta menulis skenario. Jika pendidik menulis sendiri, maka pendidik tersebut harus mencari informasi latar belakang pada masing-masing karakter atau lebih baik peserta didik juga membantu mengumpulkan informasi tersebut melalui studi kepustaaan atau sumber lain yang bersifat relevan.

3)      Latihan pendahuluan
Beberapa peserta didik dipilh untuk menjadi pemeran dari masing-masing tokoh atau mereka (peserta didik) mengajukan diri untuk menjadi pemeran dari masing-masing tokoh tersebut. Kemudian mereka (peserta didik) secara bersamaan berlatih untuk menjalankan peran tersebut beberapa hari sebelum tampil didepan kelas.
4)      Kegiatan pembelajaran atau pelaksanaan peragaan
Pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung, pendidik menampilkan peserta didik yang telah mendapatkan peran tersebut dan telah berlatih untuk memerankan karakter tersebut dalam skenario yang telah dibuat sebelumnya. Sedangkan peserta didik lainnya (berbentuk kelompok) mengamati dan mencermati peran yang dimainkan oleh teman-temannya tersebut.
5)      Mendiskusikan kesimpulan
Setelah kegiatan tersebut dilaksanakan, maka setiap kelompok dapat membahasnya secara lebih lanjut melalui diskusi kelas. Setiap kelompok mengajukan kesimpulannya, sedangkan pendidik memberikan umpan balik kepada para peserta didik dan menjelaskan kesimpulan secara umum.
6)      Penilaian
Penilaian dapat dilakukan terhadap bagaimana peserta didik dalam memerankan karakter dari tokoh yang diperankannya dalam skenario tersebut. Sedangkan untuk peserta didik yang menjadi penonton, dapat dinilai dari hasil kemampuan mereka dalam menginterpretasikan skenario yang telah dipresentasikan. Penilaian juga dapat dilakukan dengan meminta mereka (peserta didik) untuk menulis sebuah tulisan pendek yang bersifat reflektif. Penilaian juga mengacu pada tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat dicapai oleh peserta didik melalui role playing (bermain peran) tersebut.

C. Kelebihan Role Playing
Adapun kelebihan dari metode role playing, diantaranya yaitu sebagai berikut:
a)    Materi yang diperankan dalam pembelajaran dapat dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan peserta didik. Selain itu, meetode role paying juga merupakan sebuah pengalaman yang menyenangkan dan sulit untuk dilupakan.
b)   Metode role playing merupakan sebuah metode yang sangat menarik bagi peserta didik, sehingga memungkinkan pembelajaran didalam kelas menjadi lebih dinamis dan penuh antusias.
c)    Metode role playing dapat membangkitkan semangat optimisme dalam diri peserta didik, serta dapat menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi.
d)   Dengan metode role playing, peserta didik dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah, serta mereka (peserta didik) dapat memetik hikmah yang terkandung dalam masing-masing peran yang diperankan.
e)    Metode role paying dimungkinkan dapat meningkatkan kemampuan profesional peserta didik, serta dapat pula menumbuhkan atau membuka kesempatan bagi lapangan kerja.

Selain kelebihan tersebut, terdapat beberapa kelebihan lain dari metode role playing, yaitu sebagai berikut:
a)    Peserta didik dapat melatih dirinya sendiri untuk memahami dan mengingat isi dari bahan yang akan diperankan. Peserta didik sebagai pemain atau pemeran harus memahami, menghayati isi dari cerita yang akan dipentaskan secara keseluruhan, terutama untuk tokoh yang akan diperankannya. Dengan demikian, daya ingat peserta didik harus tajam dan tahan lama.
b)   Peserta didik dapat berlatih untuk berinisiatif dan berkreatif. Pada saat bermain peran, para pemain dituntut untuk mengemukakan pendapatnya sesuai dengan waktu yang tersedia.
c)    Bakat yang terdapat pada diri peserta didik dipupuk melalui role playing, sehingga dapat dimungkinkan akan muncul atau tumbuh bibit seni drama dari sekolah.
d)   Kerjasama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaik-baiknya.
e)    Peserta didik memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggungjawab dengan sesamanya.
f)    Bahasa lisan peserta didik dapat tata menjadi bahasa yang lebih baik supaya lebih mudah dipahami oleh orang lain.

D. Kelemahan Role Playing
Terdapat beberapa kelemahan dari metode role playing menurut Wahab (2007: 109), diantaranya ialah sebagai berikut:
a)    Jika peserta didik tidak dipersiapkan dengan baik, maka terdapat suatu kemungkinan tidak dapat menjalankan atau memerankan peran yang diperoleh dengan baik.
b)   Bermain peran (role playing) kemungkinan tidak dapat berjalan dengan baik apabila suasana kelas yang tidak mendukung.
c)    Bermain peran (role playing) tidak selamanya menuju ke arah yang seperti apa yang diharapkan seseorang yang memainkannya. Bahkan juga mungkin akan berlawanan dengan apa yang diharapkan.
d)   Peserta didik sering mengalami kesulitan untuk memerankan peran yang diperankannya dengan baik, khususnya yaitu apabila mereka tidak diarahkan atau tidak ditugaskan dengan baik. Peserta didik juga perlu mengenal dengan baik apa yang diperankannya.
e)    Bermain peran (role playing) membutuhkan waktu yang cukup lama.
f)    Untuk menjadikan lancarnya jalan bermain peran (role playing) diperlukan kelompok yang sensitif, imajinatif, terbuka, serta saling mengenal hingga mampu bekerjasama dengan baik.
Selain itu, terdapat pula beberapa kelemahan dari metode role playing, diantarana yaitu sebagai berikut:
a)    Sebagian peserta didik yang tidak ikut bermain peran dalam materi yang diperagakan menjadi kurang aktif.
b)   Membutuhkan banyak waktu.
c)    Membutuhkan tempat yang cukup luas.
d)   Kelas lain sering merasa terganggu oleh suara dari para pemain dan tepuk tangan dari penonton atau pengamat.

E. Alasan Memilih Metode Role Playing
Alasan memilih metode role playing untuk pembelajaran sejarah yaitu karena metode ini dirasa cocok untuk pembelajaran sejarah. Dalam pembelajaran sejarah dengan menggunakan metode ini dapat membangkitkan semangat peserta didik untuk lebih mendalami materi-materi yang diajarkan oleh pendidik tentang sejarah. Selain itu, dengan menggunakan metode ini, peserta didik juga dapat lebih mendalami karakteristik tokoh yang diperankan dalam bermain peran ini.
Metode role playing dipilih karena dirasa dapat menghadirkan cerita sejarah kehadapan para peserta didik. Mereka (peserta didik) dapat mempelajari kehidupan tokoh-tokoh yang telah dipentaskan oleh beberapa peserta didik lainnya. Dengan metode ini, peserta didik dapat dengan mudah untuk lebih mendalami peran yang diperankannya, sedangkan bagi peserta didik lainnya yang tidak mendapatkan peran, dapat mempelajari atau mengamati materi yang dipentaskan dengan baik.
Metode ini juga dapat meningkatkan kerjasama antar peserta didik. Peserta didik dapat lebih mudah berkomunikasi dengan orang lain. Dengan metode ini, tata bahasa yang telah mereka (peserta didik) miliki dapat lebih ditata dengan baik. Dengan menggunakan role playing, dapat membangkitkan rasa solidaritas antar sesama. Metode ini juga dapat mengembangkan bakat terpendam yang ada dalam diri peserta didik.






DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Syaiful Bahri & Aswan Zain. 1995. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
METODE%20BELAJAR%20ROLLE%20PLAYING%27%27.htm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar