BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah
satu persoalan pendidikan yang sedang dihadapi bangsa kita adalah persoalan
mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan. Dari berbagai
pengamat dan analisis, ada berbagai faktor yang menyebabkan mutu pendidikan
kita mengalami peningkatan secara merata. kebijakan dan penyelenggaraan
pendidikan nasional menggunakan pendekatan educational production function atau
input-output analisis yang tidak dilaksanakan secara konsekuen.
penyelenggaraan
pendidikan nasional dilakukan secara birokratissentralistik, sehingga meningkat
sekolah sebagai penyelenggaraan pendidikan yang tergantung pada keputusan
birokrasi-birokrasi. minimnya peranan masyarakat khususnya orang tua sisiwa
dalam penyelenggaraan pendidikan, pratisipasi orang tua selama ini dengan
sebatas pendukung dana, tapi tidak dilibatkan dalam proses pendidikan seperti
mengambil keputusan, monitoring, evaluasi dan akuntabilitas, sehingga sekolah
tidak memiliki beban dan tanggung jawab hasil pelaksanaan pendidikan kepada
masyarakat/orang tua sebagai stake holder yang berkepentingan dengan
pendidikan. krisis kepemimpinan, dimana kepala sekolah yang cenderung tidak
demokratis, sistem top down policy baik dari kepala sekolah terhadap guru atau
birokrasi diatas kepala sekolah terhadap sekolah.
1. 2
Rumusan Masalah
1. apa
yang dimaksud dengan pergerakan?
2. apa
itu kepemimpinan?
3. Bagaimana
teori munculnya kepemimpinan?
4. Bagaimana
teori kepemimpinan itu berlangsung?
5. Bagaimana
gaya teori kepemimpinan itu berlangsung?
6. Apa
saja fungsi dari teori kepemimpinan tersebut?
1.3 Tujuan
1. Untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan pergerakan
2. Agar
siswa dapat memahami apa itu kepemimpinan
3. Untuk
mengetahui teori munculnya kepemimpinan
4. Untuk
mengetahui teori kepemimpinan
5. Untuk
mengetahui tipe dan gaya kepemimpinan
6. Untuk
mengetahui fungsi kepemimpinan
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pergerakan
Penggerakan mempunyai arti dan perana yang sangat penting.
Sebab diantara fungsi manajemen lainnya, maka penggerakan merupakan fungsi
secara langsung berhubungan dengan manusia (pelaksana).
Penggerakan adalah aktivitas pokok dalam manajemen yang
mendorong dan menjuruskan semua bawahan agar berkeinginan, bertujuan
bergerak untuk mencapai maksud-maksud yang telah ditentukan dan mereka
berkepentingan serta bersatu padu dengan rencana usaha organisasi.
Penggerakan juga dapat didefinisikan pula sebagai
keseluruhan usaha, cara, teknik, dan metode untuk mendorong para anggota
oraganisasi agar mau dan ikhlas bekerja sebaik mungkin demi terciptanya tujuan
organisasi dengan efektif, efisien, dan ekonomis.
Menurut George R. Terry (Disingkat POAC) dalam
Mulyono (2008:23), yaitu “planning (perencanaan), organizing
(pengorganisasian), actuating (penggerakan),controlling (pengendalian)”. Dalam
hal ini, George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa, “Actuating merupakan usaha
menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka
berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran
anggota-anggota perusahaan tersebut oleh karena para anggota itu juga ingin
mencapai sasaran-sasaran tersebut.[1]
Menurut Arifin Abdul Rahman, bahwa penggerakan merupakan
kegiatan manajemen untuk membuat orang lain suka dan dapat bekerja. Pada
dasarnya menggerakan orang lain bukanlah halyang mudah. Untuk dapat
menggerakanya dituntut bahwa manajemen hendaklah mampu atauseni untuk
menggerakan orang lain. Kemampuan atau seni menggerakan orang lain itu
disebutkepemimpinan atau leadership.
Dari beberapa definis diatas maka dapatlah dirumuskan bahwa
penggerakan merupakan kegiatanmanajemen untuk menggerakan dan membuat orang lain
suka dan dapat bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
secara efektif dan efisien, sehingga tindakan-tindakanyang telah dilakukan
menyebabakan suatu organisasi dapat berjalan.
Hal yang penting untuk
diperhatikan dalam penggerakan (actuating) ini adalah bahwa seorang karyawan
akan termotivasi untuk mengerjakan sesuatu jika :
a.
Merasa yakin akan mampu mengerjakan
b.
Yakin bahwa pekerjaan tersebut
memberikan manfaat bagi dirinya
c.
Tidak sedang dibebani oleh problem
pribadi atau tugas lain yang lebih penting, atau mendesak
d.
Tugas tersebut merupakan kepercayaan
bagi yang bersangkutan dan
e.
Hubungan antar teman dalam organisasi
tersebut harmonis.
Fungsi dan Peranan
Actuating (Penggerakan) yang Pertama, adalah melakukan pengarahan (commanding),
bimbingan (directing) dan komunikasi (communication) (Nawawi, 2000:95).
Dijelaskan pula bahwa pengarahan dan bimbingan adalah kegiatan menciptakan,
memelihara, menjaga/mempertahankan dan memajukan organisasi melalui setiap
personil, baik secara struktural maupun fungsional, agar langkah operasionalnya
tidak keluar dari usaha mencapai tujuan organisasi (Nawawi, 2000 : 95). Kedua,
penggerakan (actuating) tidak lain merupakan upaya untuk menjadikan perencanaan
menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan dan pemotivasian agar
setiap karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan peran,
tugas dan tanggung jawabnya.[2]
2.2 Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah
keunggulan seseorang atau beberapa individu dalam kelompok, dalam proses mengontrol
gejala-gejala sosial.
Brown (1936)
berpendapat bahwa pemimpin tidak dapat dipisahkan dari kelompok, akan tetapi
boleh dipandang sebagai suatu posisi dengan potensi tinggi di lapangan. Dalam
hal sama, Krech dan Crutchfield memandang bahwa dengan kebaikan dari posisinya
yang khusus dalam kelompok ia berperan sebagai agen primer untuk penentuan
struktur kelompok, suasana kelompok, tujuan kelompok, ideologi kelompok, dan
aktivitas kelompok.[3]
Menurut Young (dalam
Kartono, 2003) Pengertian Kepemimpinan yaitu bentuk dominasi yang didasari atas
kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat
sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian
khusus yang tepat bagi situasi yang khusus.
Sedangkan menurut
Ngalim Purwanto (1991:26) Kepemimpinan adalah sekumpulan dari serangkaian
kemampuan dan sifat-sifat kepribadian, termasuk didalamnya kewibawaan untuk
dijadikan sebagai sarana dalam rangka meyakinkan yang dipimpinnya agar mereka
mau dan dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dengan rela,
penuh semangat, ada kegembiraan batin, serta merasa tidak terpaksa.
Dari pengertian diatas
kepemimpinan mengandung beberapa unsur pokok antara lain:
a.
kepemimpinan melibatkan orang lain dan
adanya situasi kelompok atau organisasi tempat pemimpin dan anggotanya
berinteraksi,
b.
di dalam kepemimpinan terjadi pembagian
kekuasaan dan proses mempengaruhi bawahan oleh pemimpin, dan
c.
adanya tujuan bersama yang harus
dicapai.
Dari beberapa definisi
diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpnan merupakan kemampuan mempengaruhi
orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan
atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan
oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok.
Faktor-faktor penting
yang terdapat dalam pengertian kepemimpinan:
1.
Pendayagunaan Pengaruh
2.
Hubungan Antar Manusia
3.
Proses Komunikasi
4.
Pencapaian Suatu Tujuan.
Selain itu Unsur-unsur
yang mendasari kepemimpinan dari defmisi-defmisi yang dikemukakan di atas,
adalah:
1.
Kemampuan mempengaruhi orang lain
(kelompok/bawahan).
2.
Kemampuan mengarahkan atau memotivasi
tingkah laku orang lain atau kelompok.
3.
Adanya unsur kerja sama untuk mencapai
tujuan yang diinginkan.[4]
2. 3
Teori Munculnya Kepemimpinan
Teori
munculnya pemimpinan yaitu dikemukakan dalam beberapa teori yaitu:
1.
Teori Genetis
Sesorang akan
menjadi pemimpin karena memang ia dilahirkan utnuk menjadi pemimpin dengan kata
lain ia mempunyai bakat dan pembawaan untuk menjadi pemimpin. Tidak semua
oarang bisa menjadi pemimpin, haya kerena orang-orang yang mempunyai bakat yang
buisa menjadi pemimpin (leaders are borned not built).
2.
Teori Sosial
Seseorang
akan menjadi pemimpin kalau lingkungan, waktu atau keadaan memungkinkan ia
menjadi pemimpin. Semua orang bisa menjadi pemimpin asal debari
kesempatan dan diberi pembinaan untuk menjadi pemimpin walaupun ia tidak
mempunyai bakat (leaders are built not borned).
3.
Teori
Ekologis
Setiap orang bisa menjadi pemimpin, tetapi dalam situasai tertentu saja,
karena ia memiliki kelebihan-kelebihan yang dalam situasi itu. Dalam situasi
lain dimana kelebihan-kelebihan itu tidak diperlukan, ia tidak akan menjadi
pemimpin, dan mungkin hanya menjadi pengikut saja.
Semua
teori di atas dapat digunakan dalam pemunculan seorang pemimpin, tergantung
pada situasi dan kondisi yang ada. Seseorang yang memang “ditakdirkan” sebagai
pemimpin pun, jika tidak bersedia mengembangkan diri dalam pelbagai proses yang
melengkapi dirinya, tidak akan bisa memimpin dengan baik. Tetapi semua bakat
pemimpin itu tidak ada gunanya jika ia tidak diberi kesempatan untuk memimpin.
Adanya kesempatan yang diberikan akan sangat menolong.
Menurut
Ordway Tead timbulnya seorang pemimpin itu karena:
1. Membentuk
diri sendiri (self constituted leader, self made man, born leader).
2. Dipilih
oleh golongan. Ia menjadi pemimpin karena jasa-jasanya, karena kecakapannya,
keberaniannya dan sebagainya terhadap organisasi.
2. 4 Teori Kepemimpinan
Seorang
pemimpin harus bisa memadukan unsur-unsur kekuatan diri, wewenang yang
dimiliki, ciri-ciri kepribadian dan kemampuan sosial untuk bisa mempengaruhi
perilaku orang lain. Pemimpin ada dua macam, yaitu pemimpin formal dan pemimpin
informal. Dimana pemimpin formal harus memiliki kekuasaan dan kekuatan formal
yang ditentukan oleh organisasi, sedangkan pemimpin informal walaupun tidak
memiliki legitimasi kekuatan dan kekuatan resmi namun harus memiliki kemampuan
mempengaruhi yang besar yang disebabkan oleh kekuatan pribadinya.
Oleh
karena itu, dalam proses kepemimpinan telah muncul beberapa teori kepemimpinan.
Teori kepemimpinan dalam organisasi telah berevolusi dari waktu ke waktu ke
dalam berbagai jenis dan merupakan dasar terbentuknya suatu kepemimpinan.
Setiap teori menyediakan gaya yang efektif dalam organisasi. Banyak penelitian
manajemen telah menemukan solusi kepemimpinan yang sempurna. Hal ini
menganalisis sebagian besar teori terkemuka dan mengeksplorasinya. Dalam teori
kepemimpinan ada beberapa macam teori, diantaranya Great Man Theory, teori
sifat, perilaku, kepemimpinan situasional dan kharismatik.
- Great Man Theory
Teori ini mengatakan bahwa pemimpin besar (great leader)
dilahirkan, bukan dibuat (leader are born, not made). dan dilandasi oleh
keyakinan bahwa pemimpin merupakan orang yang memiliki sifat-sifat luar biasa
dan dilahirkan dengan kualitas istimewa yang dibawa sejak lahir dan ditakdirkan
menjadi seorang pemimpin di berbagai macam organisasi. Orang yang memiliki
kualitas dapat dikatakan orang yang sukses dan disegani oleh bawahannya serta
menjadi pemimpin besar.
Senada dengan hal tersebut, Kartini Kartono dalam bukunya
membagi definisi teori ini dalam dua poin, yaitu seorang pemimpin itu tidak
dibuat, akan tetapi terlahir menjadi pemimpin oleh bakat-bakat alami yang luar
biasa sejak lahirnya dan yang kedua dia ditakdirkan lahir menjadi seorang
pemimpin dalam situasi kondisi yang bagaimanpun juga. James (1980), menyatakan
bahwa setiap jaman memiliki pemimpin besar. Perubahan sosial terjadi karena
para pemimpin besar memulai dan memimpin perubahan serta menghalangi orang lain
yang berusaha membawa masyarakat kearah yang berlawanan.
Teori kepemimpinan ini dikembangkan dari penelitian awal
yang mencangkup studi pemimpin besar. Para pemimpin berasal dari kelas yang
istimewa dan memegang gelar turun-temurun. Sangat sedikit orang dari kelas
bawah memiliki kesempatan untuk menjadi seorang pemimpin. Teori great man
didasarkan pada gagasan bahwa setiap kali ada kebutuhan kepemimpinan, maka
munculah seorang manusia yang luar biasa dan memecahkan masalah. Ketika teori
great man diusulkan, sebagian besar pemimpin adalah orang laki-laki dan hal itu
tidak bisa ditawar. Bahkan para peneliti adalah orang laki-laki juga, yang
menjadi alasan untuk nama teori tersebut “great man”. Konsep kepemimpinan pada
teori ini yang disebut orang besar adalah atibut tertentu yang melekat pada
diri pemimpin atau sifat personal, yang membedakan antara pemimpin dan
pengikutnya.
Teori ini secara garis besar merupakan penjelasan tentang
orang besar dengan pengaruh individualnya berupa karisma, intelegensi,
kebijaksanaan atau dalam bidang politik tentang pengaruh kekuasaannya yang
berdampak terhadap sejarah. Pada teori ini sabagian besar bersandar pada
pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh Thomas Charly di abad 19 yang penah
menyatakan bahwa sejarah dunia tidak melainkan sejarah hidup orang-orang besar.
Menurutnya, seorang pemimpin besar akan lahir saat dibutuhkan sehingga para
pemimpin ini tidak bisa diciptakan.
2.
Teori Sifat
Teori sifat kepemimpinan membedakan pada pemimpin dari
mereka yang bukan pemimpin dengan cara berfokus pada berbagai sifat dan
karakteristik pribadi masing-masing. Pada teori ini bertolak dari dasar
pemikiran bahwa keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat atau
ciri-ciri yang dimilikinya. Atas dasar pemikiran tersebut timbul anggapan bahwa
untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil sangat ditentukan oleh kemampuan
pribadi pemimpin. Kemampuan pribadi yang dimaksud adalah kualitas seseorang dengan
berbagai sifat atau ciri-ciri di dalam dirinya.
Dalam mencari ciri-ciri kepemimpinan yang dapat diukur, para
peneliti menggunakan dua pendekatan yaitu mereka berusaha membandingkan
ciri-ciri dari dua orang yang muncul sebagai pemimpin dengan ciri-ciri yang
tidak demikian dan mereka membandingkan ciri pemimpin yang efektif dengan
ciri-ciri pemimpin yang tidak efektif. Akan tetapi studi tentang ciri-ciri ini
mengalami kegagalan untuk mengungkap secara jelas dan konsisten yang membedakan
pemimpin dan pengikut.
Hasil penelitian ini dikemukakan oleh Cecil A. Gibb (1969)
bahwa pemimpin satu kelompok diketahui agak lebih tinggi, lebih cemerlang,
lebih terbuka, dan lebih percaya diri daripada yang bukan pemimpin. Tetapi
banyak orang yang memiliki ciri-ciri ini dan kebanyakan dari mereka tidak
pernah menjadi pemimpin. Salah satu temuannya, orang yang terlalu cerdas
dibanding dengan anggota dalam kelompok tidak muncul atau tidak menjadi seorang
pemimpin, barangkali orang ini berbeda terlalu jauh dengan kelompoknya.
Pada teori ini mengasumsikan bahwa manusia yang mewarisi
sifat-sifat tertentu dan sifat-sifat yang membuat mereka lebih cocok untuk
menjalankan fungsi kepemimpinan. Selain itu, juga menempatkan sejumlah sifat
atau kualitas yang dikaitkan dengan keberadaan pemimpin yang memungkinkan
pekerjaan atau tugas kepemimpinannya akan menjadi sukses ataupun efektif di
mata orang lain. Seorang pemimpin akan sukses atau efektif apabila dia memiliki
sifat sifat-sifat seperti berani bersaing, percaya diri, bersedia berperan sebagai
pelayan orang lain, loyalitas tinggi, intelegensi tinggi, hubungan
interpersonal baik, dan lain sebagainya.
Menurut Judith R. Gordon menyatakan bahwa seorang pemimpin
harus memiliki karakter, seperti kemampuan intelektual, kematangan pribadi,
pendidikan, status sosial ekonomi, human relations, motivasi instrinsik dan
dorongan untuk maju (achievement drive). Sedangkan menurut Sondang P. Siagian
(1994:75-76), bahwa seorang pemimpin itu harus memiliki ciri-ciri ideal
diantaranya :
- Pengetahuan umum yang luas, daya ingat yang kuat, rasionalitas, obyektivitas, pragmatisme, fleksibilitas, adaptabilitas, dan orientasi masa depan.
- Sifat inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa kohesi yang tinggi, naluri relevansi, keteladanan, ketegasan, keberanian, sikap yang antisipatif, kesediaan menjadi pendengar yang baik, kapasitas integratif.
- Kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang, analitik, menentukan skala prioritas, membedakan yang urgen dan yang penting, keterampilan mendidik dan berkkomunikasi secara efektif.
Adapun kelemahan dari seorang pemimpin pada teori sifat
diantaranya :
- Terlampau banyak sifat-sifat yang harus dimiliki seorang pemimpin
- Mengabaikan unsur Follower dan Situasi serta pengaruhnya terhadap efektivitas pemimpin
- Tidak semua ciri cocok untuk segala situasi
- Terlampau banyak memusatkan pada sifat-sifat kepemimpinan dan mengabaikan apa yang sebenarnya dilakukan oleh pemimpin.
Untuk menyukseskan pelaksanaan tugas para pemimpin
belakangan ini telah banyak dilakukan penelitian oleh para ahli dengan
harapan dapat ditemukan model kepemimpinan yang baik atau efektif. Namun
kesimpulan dari hasil studi, ternyata tidak ada satu model tunggal yang
memenuhi harapan. Dalam kaitannya dengan ciri-ciri pemimpin, J. Slikboer
menyatakan bahwa setiap pemimpin hendaknya memiliki tiga sifat, yaitu sifat
dalam bidang intelektual, berkaitan dengan watak, dan berhubungan dengan
tugasnya sebagai pemimpin. Ciri-ciri lain yang berbeda dikemukakan oleh Ruslan
Abdulgani (1958) bahwa soerang pemimpin harus mempunyai kelebihan dalam hal menggunakan
pikiran, rohani dan jasmani.
3. Teori Perilaku
Teori perilaku disebut juga dengan teori sosial dan
merupakan sanggahan terhadap teori genetis. Pemimpin itu harus disiapkan,
dididik dan dibentuk tidak dilahirkan begitu saja (leaders are made, not born).
Setiap orang bisa menjadi pemimpin, melalui usaha penyiapan dan pendidikan
serta dorongan oleh kemauan sendiri. Teori ini tidak menekankan pada
sifat-sifat atau kualitas yang harus dimiliki seorang pemimpin tetapi
memusatkan pada bagaimana cara aktual pemimpin berperilaku dalam mempengaruhi
orang lain dan hal ini dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan masing-masing.
Dasar pemikiran pada teori ini adalah kepemimpinan merupakan
perilaku seorang individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok
ke arah pencapaian tujuan. Teori ini memandang bahwa kepemimpinan dapat
dipelajari dari pola tingkah laku, dan bukan dari sifat-sifat (traits) soerang
pemimpin. Alasannya sifat seseorang relatif sukar untuk diidentifikasikan.
Beberapa pandangan para ahli, antara lain James Owen (1973)
berkeyakinan bahwa perilaku dapat dipelajari. Hal ini berarti bahwa orang yang
dilatih dalam perilaku kepemimpinan yang tepat akan dapat memimpin secara
efektif. Namun demikian hasil penelitian telah membuktikan bahwa perilaku kepemimpinan
yang cocok dalam satu situasi belum tentu sesuai dengan situasi yang lain. Akan
tetapi, perilaku kepemimpinan ini keefektifannya bergantung pada banyak
variabel. Robert F. Bales (Stoner, 1986) mengemukakan hasil pemelitian, bahwa
kebanyakan kelompok yang efektif mempunyai bentuk kepemimpinan terbagi (shared
leadership), seumpama satu oramg menjalankan fungsi tugas dan anggota lainnya
melaksanakan fungsi sosial. Pembagian fungsi ini karena seseorang perhatian
akan terfokus pada satu peran dan mengorbankan peran lainnya.
Dalam
hal ini, pemimpin mempunyai deskripsi perilaku :
- Konsiderasi dan struktur inisiasi
Perilaku seorang pemimpin yang cenderung mementingkan
bawahan memiliki ciri-ciri ramah tamah, mau berkonsultasi, mendukung, membela,
mendengarkan, menerima usul dan memikirkan kesejahteraan bawahan serta
memperlakukannya setingkat dirinya. Disamping itu, terdapat kecenderungan
perilaku pemimpin yang lebih mementingkan tugas orientasi.
2.
Berorientasi kepada bawahan dan
produksi
Perilaku pemimpin yang berorientasi yang berorientasi kepada
bawahannya ditandai oleh penekanan pada hubungan atasan-bawahan, perhatian
pribadi pemimpin pada pemuasan kebutuhan bawahan serta menerima perbedaan
kepribadian, kemampuan dan perilaku bawahan. Sedangkan perilaku pemimpin yang
berorientasi pada produksi memiliki kecenderungan penekanan pada segi teknis
pekerjaan, pengutamaan penyelenggaraan dan penyelesaian tugas serta pencapaian
tujuan.
Pada sisi lain, perilaku pemimpin menurut model leadership
continuum pada dasarnya ada dua yaitu berorientasi kepada pemimpin dan
bawahannya. Sedangkan berdasarkan model grafik kepemimpinan, perilaku setiap
seorang pemimpin dapat diukur melalui dua dimensi yaitu perhatiannya terhadap
hasil atau tuags dan terhadap bawahan atau hubungan kerja. JAF.Stoner,
1978:442-443 mengungkapkan bahwa kecenderungan perilaku pemimpin pada
hakikatnya tidak dapat dilepaskan dari masalah fungsi dan gaya kepemimpinan.
Selain itu, pada teori ini seorang pemimpin yang baik adalah bagaimana seorang
pemimpin memiliki perhatian yang tinggi terhadap bawahan dan terhadap hasil
yang tinggi juga.
Bagaimana seorang pemimpin berperilaku akan dipengaruhi oleh
latar belakang pengetahuan, nikai-nilai, dan pengalaman mereka (kekuatan pada
diri pemimpin). Sebagai contoh, pimpinan yang yakin bahwa kebutuhan perorangan
harus dinomorduakan daripada kebutuhan organisasi, mungkin akan mengambil peran
yang sangat direktif (peran perintah) dalam kegiatan para bawahannya. Demikian
pula seorang bawahan perlu dipertimbangkan sebelum pimpinan memilih gaya yang
cocok atau sesuai.
4.
Kepemimpinan Situasional
Teori Kepemimpinan Situasional adalah suatu pendekatan
terhadap kepemimpinan yang menganjurkan pemimpin untuk memahami perilaku
bawahan, dan situasi sebelum menggunakan perilaku kepemimpinan tertentu.
Pendekatan ini menghendaki pemimpin untuk memiliki kemampuan diagnosa dalam
hubungan antara manusia (Monica, 1998).
Teori ini muncul sebagai reaksi terhadap teori perilaku yang
menempatkan perilaku pemimpin dalam dua kategori yaitu otokratis dan
demokratis. Dalam teori ini dijelaskan bahwa seorang pemimpin memilih tindakan
terbaik berdasarkan variabel situasional. Menurut pandangan perilaku, dengan
mengkaji kepemimpinan dari beberapa variabel yang mempengaruhi perilaku akan
memudahkan menentukan gaya kepemimpinan yang paling cocok.
Teori ini menitikberatkan pada berbagai gaya kepemimpinan
yang paling efektif diterapkan dalam situasi tertentu. Keefektifan kepemimpinan
tidak tergantung pada gaya tertentu terhadap suatu situasi, tetapi tergantung
pada ketepatan pemimpin berperilaku sesuai dengan situasinya.
Seorang pemimpin yang efektif dalam teori ini harus bisa
memahami dinamika situasi dan menyesuaikan kemampuannya dengan dinamika situasi
yang ada. Penyesuaian gaya kepemimpinan yang dimaksud adalah kemampuan
menentukan ciri kepemimpinan dan perilaku karena tuntunan situasi tertentu.
Dengan demikian berkembanglah berbagai macam model-model kepemimpinan
diantaranya :
a.
Model
kontinuum Otokratik-Demokratik
Gaya dan perilaku kepemimpinan tertentu selain berhubungan
dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, juga berkaitan dengan fungsi
kepemimpinan yang harus diselenggarakan. Sebagai contoh, dalam hal pengambilan
keputusan, pemimpin bergaya otokratik akan mengambil keputusan sendiri.
Ciri kepemimpinan yang menonjol ketegasan disertai perilaku
yang berorientasi pada penyelesaian tugas. Sedangkan pemimpin bergaya
demokratik akan mengajak bawahannya untuk berpartisipasi. Ciri kepemimpinan
yang menonjol disini adalah menjadi pendengar yang baik disertai perilaku
memberikan perhatian pada kepentingan dan kebutuhan bawahan.
b.
Model Interaksi Atasan-Bawahan
Menurut model ini, efektivitas kepemimpinan seseorang
tergantung pada interaksi yang terjadi antara pemimpin dan bawahannya dan
sejauh mana interaksi tersebut mempengaruhi perilaku pemimpin yang
bersangkutan. Seorang akan menjadi pemimpin yang efektif apabila :
a.
Hubungan
atasan dan bawahan dikategorikan baik
b.
Tugas
yang harus dikerjakan bawahan disusun pada tingkat struktur yang tinggi
c.
Posisi
kewenangan pemimpin tergolong kuat.
c.
Model
Situasional
Model ini menekankan bahwa efektivitas kepemimpian seseorang
tergantung pada pemilihan gaya kepemimpinan yang tepat untuk menghadapi situasi
tertentu dan tingkat kematangan jiwa bawahan. Dimensi kepemimpinan yang
digunakan dalam metode ini adalah perilaku pemimpin yang berkaitan dengan tugas
kepemimpinannya dan hubungan atasan-bawahan. Berdasarkan dimensi tersebut, gaya
kepemimpina yang dapat digunakan adalah :
a.
Memberitahukan
b.
Menjual
c.
Mengajak
bawahan berperan serta
d.
Melakukan
pendelegasian
Keberhasilan seorang pemimpin menurut toeri situasional
ditentukan oleh ciri kepemimpinan dengan perilaku yang disesuaikan dengan
tuntutan situasi kepemimpinan dan situasi organisasional yang dihadapi dengan
memperhitungkan faktor waktu dan ruang. Faktor situasional yang berpengaruh
terhadap gaya kepemimpinan tertentu menurut Sondang P. Siagan (1994:129) adalah
:
- Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas
- Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan
- Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan
- Norma yang dianut kelompok
- Rentang kendali
- Ancaman dari luar organisasi
- Tingkat stress
- Iklim yang terdapat dalam organisasi.
5. Kepemimpinan Kharismatik
Dalam teori ini para pengikut memiliki keyakinan bahwa
pemimpin mereka diakui memiliki kemampuan yang luar biasa. Kemampuan
mempengaruhi pengikut bukan berdasarkan pada tradisi atau otoritas formal
tetapi lebih pada persepsi pengikut bahwa pemimpin diberkati dengan bakat
supernatural dan kekuatan yang luar biasa. Dimana kemampuan yang luar
biasa tersebut hanya dimiliki oleh orang-orang tertentu dan tidak semua orang
memilikinya. Seorang pemimpin dianggap orang yang lebih tahu apa yang
akan terjadi di kemudian hari.
Kharisma berasal dari bahasa Yunani yang memiliki arti
“berkat yang terinspirasi secara agung” atau ”pemberian tuhan”. Seperti
kemampuan melakukan keajaiban atau memprediksikan peristiwa masa depan. Para
pemimpim akan lebih dipandang sebagai kharismatik jika mereka membuat
pengorbanan diri, mengambil resiko pribadi dan mendatangkan biaya tinggi untuk
mencapai visi yang mereka dukung.
Kepercayaan terlihat menjadi komponen penting dari
kharismatik dan pengikut akan lebih mempercayai pemimpin yang kelihatan tidak
terlalu termotivasi oleh kepentingan pribadi daripada oleh perhatian terhadap
pengikut. Yang paling mengesankan adalah seorang pemimpin yang benar-benar
mengambil resiko kerugian pribadi yang cukup besar dalam hal status, uang
posisi kepemimpinan atau keanggotaan dalam organisasi.
Menurut Weber (1947), kharismatik terjadi saat terdapat
sebuah krisis social, seorang pemimpin muncul dengan sebuah solusi untuk krisis
itu, pemimpin menarik pengikut yang percaya pada visi itu. Mereka mengalami
beberapa keberhasilan yang membuat visi tersebut dapat terlihat, dapat dicapai
dan para pengikut dapat mempercayai bahwa pemimpin itu sebagai orang yang luar
biasa.
Konsep kharismatik menurut Weber (1947), konsep yang lebih
ditekankan kepada kemampuan pemimpin yang memiliki kekuatan luar biasa dan
mistis. Menurutnya, ada lima faktor yang muncul bersamaan dengan kekuasaan yang
kharismatik yaitu :
- Adanya seseorang yang memiliki bakat luar baisa
- Adanya krisis sosial
- Adanya sejumlah ide yang radikal untuk memecahkan krisis trsebut
- Adanya sejumlah pengikut yang percaya bahwa seseorang itu memiliki kemampuan luar biasa yang bersifat transendental dan supranatural, serta
- Adanya bukti yang berulang bahwa apa yang dilakukan itu mengalami kesuksesan.
House (1977), berpendapat bahwa seorang pemimpin kharismatik
mempunyai dampak yang dalam dan tidak biasa terhadap para pengikut. Mereka
menerima pemimpin tersebut tanpa mempertanyakannya lagi, mereka tunduk kepada
pemimpin dengan senang hati, merasa disayang terhadap pemimpin tersebut, mereka
terlibat secara emosional dalam misi kelompok atau organisasi tersebut, percaya
bahwa mereka dapat memberi kontribusi terhadap keberhasilan dan mereka
mempunyai tujuan-tujuan kinerja tinggi. Kharismatik negatif memiliki orientasi
kekuasaan secara pribadi :
- Mereka menekankan identifikasi pribadi daripada internalisasi.
- Mereka lebih menanamkan kesetiaan kepada diri mereka sendiri daripada idealisme.
- Mereka dapat menggunakan daya tarik ideologis, tetapi hanya sebagai cara untuk memperoleh kekuasaan, kemudian diabaikan atau diubah secara sembarangan sesuai dengan sasaran pribadi pemimpin itu.
- Mereka berusaha untuk mendominasi dan menaklukkan pengikut dengan membuat mereka tetap lemah dan bergantung pada pemimpin.
- Otoritas untuk membuat keputusan penting dipusatkan pada pemimpin, penghargaan dan hukuman digunakan untuk memelihara sebuah citra pemimpin yang tidak dapat berbuat kesalahan atau untuk membesar-besarkan ancaman eksternal kepada organisasi.
- Keputuasan dari para pemimpin ini mencermnkan perhatian yang lebih besar akan pemujaan diri dan memelihara kekuasaan daripada bagi kesejahteraan pengikut.
Kharismatik
positif memiliki orientasi kekuasaan sosial :
- Para pemimpin ini menekankan internalisasi dari nilai-nilai bukannya identifikasi pribadi.
- Mereka tidak berusaha untuk menanamkan kesetiaan kepada diri mereka sendiri, tetapi lebih pada ideologi.
- Otoritas didelegasikan hingga batas yang cukup besar, informasi dibagikan secara terbuka, didorongnya partisipasi dalam keputusan, dan
- Penghargaan digunakan untuk menguatkan perilaku yang konsisten dengan misi dan sasaran dari organisasi.
- Hasilnya adalah kepemimpinan mereka akan makin menguntungkan bagi pengikut.
Beberapa teori-teori membahas mengenai bagaimana kharisma
seorang pemimpin mempengaruhi bawahannya. Telah dibahas bahwa seorang bawahan
begitu kuat terpengaruh oleh kharisma pimpinannya dalam menyelesaikan sebuah
misi. Terdapat beberapa hal yang mempengharuhi proses pengaruh kharismatik
seorang pemimpin yaitu :
a.
Identifikasi Pribadi (personal
identification)
Identifikasi pribadi merupakan sebuah proses mempengaruhi
yang dyadic yang terjadi pada beberapa orang pengikut namun tidak pada yang
lainnya. Proses ini paling banyak terjadi pada para pengikut yang mempunyai
rasa harga diri rendah, identitas diri rendah, dan kebutuhan yang tinggi untuk
menggantungkan diri kepada tokoh-tokoh yang berkuasa.
b.
Identifikasi Sosial (social identification)
Identifikasi sosial merupakan sebuah proses mempengaruhi
yang menyangkut definisi diri sendiri dalam hubungannya dengan sebuah kelompok
atau kolektivitas. Para pemimpin kharismatik meningkatkan identifikasi sosial
dengan membuat hubungan antara konsep diri sendiri, para pengikut individual
dan nilai-nilai yang dirasakan bersama serta identitas-identitas kelompok.
Seorang pemimpin kharismatik dapat meningkatkan identifikasi sosila dengan
memberi kepada kelompok sebuah identitas yang unik, yang membedakan kelompok
tersebut dengan kelompok yang lainnya.
c.
Internalisasi (internalization)
Para pemimpin
kharismatik mempengaruhi para pengikut untuk merangkul nilai-nilai baru, namun
lebih umum bagi para pemimpin kharismatik untuk meningkatkan kepentingan nilai-nilai
yang ada sekarang pada para pengikut dan dengan menghubungkannya dengan
sasaran-sasaran tugas. Para pemimpin kharismatik juga menekankan aspek-aspek
simbolis dan ekspresif pekerjaan itu, yaitu membuat pekerjaan tersebut menjadi
lebih berarti, mulia, heroic dan secara moral benar.
Para pemimpin
kharismatik itu juga tidak menekankan pada imbalan-imbalan ekstrinsik dalam
rangka mendorong para pengikut untuk memfokuskan diri kepada imbalan-imbalan
instrinsik dan meningkatkan komitmen mereka kepada sasaran-sasaran objektif.
d.
Kemampuan diri sendiri
(self-efficacy)
Efikasi diri sendiri merupakan suatu keyakinan bahwa
individu tersebut mampu dan kompeten untuk mencapai sasaran tugas yang sukar.
Efikasi diri kolektif menunjuk kepada persepsi para anggota kelompok jika
mereka bersama-sama dan mereka menghasilkan hal-hal yang luar biasa. Para
pemimpin kharismatik meningkatkan harapan diri para pengikut bahwa usaha-usaha
kolektif dan individual mereka untuk melaksanakan misi kolektif akan berhasil.[6]
2. 5 Tipe dan Gaya
Kepemimpinan
2.5.1.
Tipe Kepemimpinan.
Ø Tipe
Otokratik
Semua ilmuan yang
berusaha memahami segi kepemimpinan otokratik mengatakan bahwa pemimpin yang
tergolong otokratik dipandang sebagai karakteritik yang negatif. Dilihat dari
persepsinya seorang pemimpin yang otokratik adalah seseorang yang sangat egois.
Seorang pemimpin yang otoriter akan menujukan sikap yang menonjolkan “keakuannya”,
antara lain dalam bentuk:
kecenderungan
memperlakukan para bawahannya sama dengan alat-alat lain dalam organisasi,
seperti mesin, dan dengan demikian kurang menghargai harkat dan martabat mereka
pengutamaan orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaian tugas tanpa
mengkaitkan pelaksanaan tugas itu dengan kepentingan dan kebutuhan para
bawahannya.
1.
Tipe Kepemimpinan Kharismatis
Tipe kepemimpinan
karismatis memiliki kekuatan energi, daya tarik dan pembawaan yang luar biasa
untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar
jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya. Kepemimpinan kharismatik
dianggap memiliki kekuatan ghaib (supernatural power) dan kemampuan-kemampuan
yang superhuman, yang diperolehnya sebagai karunia Yang Maha Kuasa.
Kepemimpinan yang kharismatik memiliki inspirasi, keberanian, dan berkeyakinan
teguh pada pendirian sendiri. Totalitas kepemimpinan kharismatik memancarkan
pengaruh dan daya tarik yang amat besar.
2.
Tipe Kepemimpinan
Paternalistis/Maternalistik.
Kepemimpinan
paternalistik lebih diidentikkan dengan kepemimpinan yang kebapakan dengan sifat-sifat
sebagai berikut :
a.
mereka menganggap bawahannya sebagai
manusia yang tidak/belum dewasa, atau anak sendiri yang perlu dikembangkan
b.
mereka bersikap terlalu melindungi
c.
mereka jarang memberikan kesempatan
kepada bawahan untuk mengambil keputusan sendiri
d.
mereka hampir tidak pernah memberikan
kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif
e.
mereka memberikan atau hampir tidak
pernah memberikan kesempatan pada pengikut atau bawahan untuk mengembangkan
imajinasi dan daya kreativitas mereka sendiri
f.
selalu bersikap maha tahu dan maha
benar.
Sedangkan tipe
kepemimpinan maternalistik tidak jauh beda dengan tipe kepemimpinan
paternalistik, yang membedakan adalah dalam kepemimpinan maternalistik terdapat
sikapover-protective atau terlalu melindungi yang sangat menonjol disertai kasih
sayang yang berlebih lebihan.
3.
Tipe Kepemimpinan Militeristik
Tipe kepemimpinan
militeristik ini sangat mirip dengan tipe kepemimpinan otoriter. Adapun
sifat-sifat dari tipe kepemimpinan militeristik adalah:
a.
lebih banyak menggunakan sistem
perintah/komando, keras dan sangat otoriter, kaku dan seringkali kurang
bijaksana
b.
menghendaki kepatuhan mutlak dari
bawahan
c.
sangat menyenangi formalitas,
upacara-upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran yang berlebihan
d.
menuntut adanya disiplin yang keras dan
kaku dari bawahannya
e.
tidak menghendaki saran, usul, sugesti,
dan kritikan-kritikan dari bawahannya
f.
komunikasi hanya berlangsung searah.
4. Tipe
Kepemimpinan Otokratis (Outhoritative, Dominator).
Kepemimpinan otokratis
memiliki ciri-ciri antara lain:
a.
mendasarkan diri pada kekuasaan dan
paksaan mutlak yang harus dipatuhi
b.
pemimpinnya selalu berperan sebagai
pemain tunggal
c.
berambisi untuk merajai situasi
d.
setiap perintah dan kebijakan selalu
ditetapkan sendiri
e.
bawahan tidak pernah diberi informasi
yang mendetail tentang rencana dan tindakan yang akan dilakukan
f.
semua pujian dan kritik terhadap segenap
anak buah diberikan atas pertimbangan pribadi
g.
adanya sikap eksklusivisme
h.
selalu ingin berkuasa secara absolute
i.
sikap dan prinsipnya sangat konservatif,
kuno, ketat dan kaku.
j.
pemimpin ini akan bersikap baik pada
bawahan apabila mereka patuh.
5. Tipe
Kepemimpinan Laissez Fair.
Pada tipe kepemimpinan
ini praktis pemimpin tidak memimpin, dia membiarkan kelompoknya dan setiap
orang berbuat semaunya sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi sedikit pun dalam
kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan dan tanggung jawab harus dilakukan oleh
bawahannya sendiri. Pemimpin hanya berfungsi sebagai simbol, tidak memiliki
keterampilan teknis, tidak mempunyai wibawa, tidak bisa mengontrol anak buah,
tidak mampu melaksanakan koordinasi kerja, tidak mampu menciptakan suasana
kerja yang kooperatif. Kedudukan sebagai pemimpin biasanya diperoleh dengan
cara penyogokan, suapan atau karena sistem nepotisme. Oleh karena itu
organisasi yang dipimpinnya biasanya morat marit dan kacau balau.
6. Tipe
Kepemimpinan Populistis,
Kepemimpinan populis
berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang tradisonal, tidak mempercayai
dukungan kekuatan serta bantuan hutang luar negeri. Kepemimpinan jenis ini
mengutamakan penghidupan kembali sikap nasionalisme.
7. Tipe
Kepemimpinan Administratif/Eksekutif.
Kepemimpinan tipe
administratif ialah kepemimpinan yang mampu menyelenggarakan tugas-tugas
administrasi secara efektif. Pemimpinnya biasanya terdiri dari
teknokrat-teknokrat dan administratur-administratur yang mampu menggerakkan
dinamika modernisasi dan pembangunan. Oleh karena itu dapat tercipta sistem
administrasi dan birokrasi yang efisien dalam pemerintahan. Pada tipe
kepemimpinan ini diharapkan adanya perkembangan teknis yaitu teknologi,
indutri, manajemen modern dan perkembangan sosial ditengah masyarakat.
8. Tipe
Kepemimpinan Demokratis.
Kepemimpinan demokratis
berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan yang efisien kepada para
pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan, dengan penekanan
pada rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan kerjasama yang baik.
kekuatan kepemimpinan demokratis tidak terletak pada pemimpinnya akan tetapi
terletak pada partisipasi aktif dari setiap warga kelompok.
Kepemimpinan demokratis
menghargai potensi setiap individu, mau mendengarkan nasehat dan sugesti
bawahan. Bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan bidangnya
masing-masing. Mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin
pada saat-saat dan kondisi yang tepat.[7]
2.5.2.
Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan menurut Thoha dalam Sudarmiani (2009: 41)
adalah: norma perilaku yang digunakan seseorang pada saat orang tersebut
mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia lihat. Gaya
kepemimpinan mempengaruhi pola perilaku seorang pemimpin saat mempengaruhi anak
buahnya, apa yang dipilih oleh pemimpin untuk dikerjakan, dan cara pemimpin
bertindak dalam mempengaruhi anggota kelompok membentuk gaya kepemimpinannya
(Malawi, 2010: 55).
Macam-macam gaya kepemimpinan, yaitu:
a.
Gaya Kepemimpinan Otoriter /
Authoritarian
Adalah gaya pemimpin yang memusatkan segala
keputusan dan kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Segala
pembagian tugas dan tanggung jawab dipegang oleh si pemimpin yang otoriter
tersebut, sedangkan para bawahan hanya melaksanakan tugas yang telah diberikan.
b. Gaya Kepemimpinan Demokratis / Democratic
b. Gaya Kepemimpinan Demokratis / Democratic
Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya pemimpin
yang memberikan wewenang secara luas kepada para bawahan. Setiap ada
permasalahan selalu mengikutsertakan bawahan sebagai suatu tim yang utuh. Dalam
gaya kepemimpinan demokratis pemimpin memberikan banyak informasi tentang tugas
serta tanggung jawab para bawahannya.
c.
Gaya Kepemimpinan Bebas / Laissez Faire
Pemimpin jenis ini hanya terlibat delam kuantitas
yang kecil di mana para bawahannya yang secara aktif menentukan tujuan dan
penyelesaian masalah yang dihadapi.
Keempat gaya kepemimpinan berdasarkan kepribadian
adalah :
1.
Gaya Kepemimpinan Karismatis
2.
Gaya Kepemimpinan Diplomatis
3.
Gaya Kepemimpinan Otorite
4.
Gaya Kepemimpinan Moralis
·
Gaya Kepemimpinan Karismatik
Kelebihan gaya
kepemimpinan karismatis ini adalah mampu menarik orang. Mereka terpesona dengan
cara berbicaranya yang membangkitkan semangat. Biasanya pemimpin dengan gaya
kepribadian ini visionaris. Mereka sangat menyenangi perubahan dan tantangan.
Mungkin, kelemahan
terbesar tipe kepemimpinan model ini bisa di analogikan dengan peribahasa Tong
Kosong Nyaring Bunyinya. Mereka mampu menarik orang untuk datang kepada mereka.
Setelah beberapa lama, orang – orang yang datang ini akan kecewa karena
ketidak-konsisten-an. Apa yang diucapkan ternyata tidak dilakukan. Ketika
diminta pertanggungjawabannya, si pemimpin akan memberikan alasan, permintaan
maaf, dan janji.
·
Gaya Kepemimpinan Diplomatik
Kelebihan gaya
kepemimpinan diplomatis ini ada di penempatan perspektifnya. Banyak orang
seringkali melihat dari satu sisi, yaitu sisi keuntungan dirinya. Sisanya,
melihat dari sisi keuntungan lawannya. Hanya pemimpin dengan kepribadian putih
ini yang bisa melihat kedua sisi, dengan jelas! Apa yang menguntungkan dirinya,
dan juga menguntungkan lawannya.
Kesabaran dan kepasifan
adalah kelemahan pemimpin dengan gaya diplomatis ini. Umumnya, mereka sangat
sabar dan sanggup menerima tekanan. Namun kesabarannya ini bisa sangat
keterlaluan. Mereka bisa menerima perlakuan yang tidak menyengangkan tersebut,
tetapi pengikut-pengikutnya tidak. Dan seringkali hal inilah yang membuat para
pengikutnya meninggalkan si pemimpin.
·
Gaya Kepemimpinan Otoriter
Kelebihan model
kepemimpinan otoriter ini ada di pencapaian prestasinya. Tidak ada satupun
tembok yang mampu menghalangi langkah pemimpin ini. Ketika dia memutuskan suatu
tujuan, itu adalah harga mati, tidak ada alasan, yang ada adalah hasil. Langkah
– langkahnya penuh perhitungan dan sistematis.
Dingin dan sedikit kejam adalah kelemahan pemimpin dengan kepribadian merah ini. Mereka sangat mementingkan tujuan sehingga tidak pernah peduli dengan cara. Makan atau dimakan adalah prinsip hidupnya.
Dingin dan sedikit kejam adalah kelemahan pemimpin dengan kepribadian merah ini. Mereka sangat mementingkan tujuan sehingga tidak pernah peduli dengan cara. Makan atau dimakan adalah prinsip hidupnya.
·
Gaya Kepemimpinan Moralis
Kelebihan dari gaya
kepemimpinan seperti ini adalah umumnya Mereka hangat dan sopan kepada semua
orang. Mereka memiliki empati yang tinggi terhadap permasalahan para
bawahannya, juga sabar, murah hati Segala bentuk kebajikan ada dalam diri
pemimpin ini. Orang – orang yang datang karena kehangatannya terlepas dari
segala kekurangannya.
Kelemahan dari
pemimpinan seperti ini adalah emosinya. Rata orang seperti ini sangat tidak
stabil, kadang bisa tampak sedih dan mengerikan, kadang pula bisa sangat
menyenangkan dan bersahabat. Jika saya menjadi pemimpin, Saya akan lebih memilih
gaya kepemimpinan demokratis.Karena melalui gaya kepemimpinan seperti ini semua
permasalahan dapat di selesaikan dengan kerjasama antara atasan dan bawahan.
Sehingga hubungan atasan dan bawahan. bisa terjalin dengan baik.
Perilaku seorang
pemimpin ketika memimpin anak buah akan memperoleh tanggapan atau reaksi dapat
berupa sikap atau perilaku bawahan. Reaksi perilaku itu tidak saja gerakan
badan, tetapi termasuk ucapan, sepak terjang sebagai reaksi pengikut terhadap
kepemimpinan seorang pemimpin. Tanggapan itu dapat bersifat terang-terangan
atau tersembunyi dengan berbagai bentuk.[8]
2. 3
Fungsi Kepemimpinan
Dalam kehidupan
organisasi, fungsi kepemimpinan pendidkan adalah bagian dari tugas utama yang
harus dilaksanakan. Menurut James F. Stoner, agar kelompok dapat beroperasi
secara efektif, seorang pemimpin mempunyai dua fungsi pokok yaitu:
1.
Task Related/ Problem
Solving Function, dalam fungsi ini
pemimpin memberikan saran dalam pemecahan masalah serta memberikan sumbangan
informasi dan pendapat
2.
Group Maintenance
funcion/Social Funcion, dalam fungsi ini
pemimpin membantu kelompok beroperasi lebih lancar, pemimpin memberikan
persetujuan atau melengkapi anggota kelompok yang lain, misalnya melerai
kelompok yang sedang berselisih pendapat, memperhatikan diskusi-diskusi
kelompok. Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang pemimpin yang mampu
menampilkan kedua fungsi tersebut dengan jelas.
Menurut Prof. Dr. H. Dailami
Firdaus, SH, tugas pokok kepemimpinan yang berupa mengantarkan,
mengelompokkan, memberi petunjuk, mendidik, membimbing dan sebagainya agar para
bawahan mengikuti jejak pemimpin mencapai tujuan organisasi, hanya dapat
dilaksanakan secara baik bila seorang pemimpin menjalankan fungsinya
sebagaimana mestinya. Diantara fungsi kepemimpinan antara lain :
1.
Fungsi Perencanaan
Seorang pemimpin perlu
membuat perencanaan yang menyeluruh bagi organisasi dan bagi diri sendiri
selaku penanggung jawab tercapainya tujuan organisasi. Manfaat-manfaat tersebut
antara lain :
a.
Perencanaan merupakan
hasil pemikiran dan analisa situasi dalam pekerjaan untuk memutuskan apa yang
akan dilakukan.
b.
Perencanaan berarti
pemikiran jauh ke depan disertai keputusan-keputusan yang berdasarkan atas
fakta-fakta yang diketahui.
c.
Perencanaan berarti
proyeksi atau penempatan diri ke situasi pekerjaan yang akan dilakukan dan
tujuan atau target yang akan dicapai. Perencanaan meliputi dua hal, yaitu :
ü Perencanaan tidak tertulis yang akan digunakan dalam jangka pendek, pada
keadaan darurat, dan kegiatan yang bersifat terus menerus.
ü Perencanaan tertulis yang akan digunakan untuk menentukan kegiatan-kegiatan
yang akan dilakukan atas dasar jangka panjang dan menentukan prosedur-prosedur
yang diperlukan.
2.
Fungsi memandang ke depan
Seorang pemimpin yang
senantiasa memandang ke depan berarti akan mampu mendorong apa yang akan
terjadi serta selalu waspada terhadap kemungkinan. Hal ini memberikan jaminan bahwa
jalannya proses pekerjaan ke arah yang dituju akan dapat berlangsung terus
menerus tanpa mengalami hambatan dan penyimpangan yang merugikan. Oleh sebab
seorang pemimpin harus peka terhadap perkembangan situasi baik di dalam maupun
diluar organisasi sehingga mampu mendeteksi hambatan-hambatan yang muncul, baik
yang kecil maupun yang besar.
3.
Fungsi pengembangan
loyalitas
Pengembangan kesetiaan ini
tidak saja diantara pengikut, tetapi juga untuk para pemimpin tingkat rendah
dan menengah dalam organisai. Untuk mencapai kesetiaan ini, seseorang pemimpin
sendiri harus memberi teladan baik dalam pemikiran, kata-kata, maupun tingkah
laku sehari-hari yang menunjukkan kepada anak buahnya pemimpin sendiri tidak
pernah mengingkari dan menyeleweng dari loyalitas segala sesuatu tidak akan
dapat berjalan sebagaimana mestinya.
4.
Fungsi Pengawasan
Fungsi pengawasan
merupakan fungsi pemimpin untuk senantiasa meneliti kemampuan pelaksanaan
rencana. Dengan adanya pengawasan maka hambatan-hambatan dapat segera diketemukan,
untuk dipecahkan sehingga semua kegiatan kembali berlangsung menurut rel yang
telah ditetapkan dalam rencana.
5. Fungsi mengambil keputusan
Pengambilan keputusan
merupakan fungsi kepemimpinan yang tidak mudah dilakukan. Oleh sebab itu banyak
pemimpin yang menunda untuk melakukan pengambilan keputusan. Bahkan ada
pemimpin yang kurang berani mengambil keputusan. Metode pengambilan keputusan
dapat dilakukan secara individu, kelompok tim atau panitia, dewan, komisi,
referendum, mengajukan usul tertulis dan lain sebagainya.
6. Fungsi memberi motivasi
Seorang pemimpin perlu
selalu bersikap penuh perhatian terhadap anak buahnya. Pemimpin harus dapat
memberi semangat, membesarkan hati, mempengaruhi anak buahnya agar rajin
bekerja dan menunjukkan prestasi yang baik terhadap organisasi yang
dipimpinnya. Pemberian anugerah yang berupa ganjaran, hadiah, piujian atau
ucapan terima kasih sangat diperlukan oleh anak buah sebab mereka merasa bahwa
hasil jerih payahnya diperhatikan dan dihargai oleh pemimpinnya. Di lain pihak,
seorang pemimpin harus berani dan mampu mengambil tindakan terhadap anak
buahnya yang menyeleweng, yang malas dan yang telah berbuat salah sehingga
merugikan organisasi, dengan jalan memberi celaan, teguran, dan hukuman yang
setimpal dengan kesalahannya.[9]
BAB III
PENUTUP
3.1 kesimpulan
Penggerakan adalah aktivitas pokok dalam manajemen yang
mendorong dan menjuruskan semua bawahan agar berkeinginan, bertujuan
bergerak untuk mencapai maksud-maksud yang telahditentukan dan mereka
berkepentingan serta bersatu padu dengan rencana usaha organisasi.
kepemimpnan merupakan
kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan
tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus
dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi
atau kelompok. Teori
munculnya kepemimpinan yaitu Teori Genetis, teori
sosial, teori ekologis, danteori situasi.
Pada dasarnya Tipe
kepemimpinan ini bukan suatu hal yang mutlak untuk diterapkan, karena pada
dasarnya semua jenis gaya kepemimpinan itu memiliki keunggulan dan kelemahan
masing-masing, tergantung pada situasi dan kondisi. Oleh karena itu dalam
aplikasinya, tinggal bagaimana kita menyesuaikan gaya kepemimpinan yang akan
diterapkan dalam keluarga, organisasi/perusahan sesuai dengan situasi dan
kondisi yang menuntut diterapkannnya gaya kepemimpinan tertentu untuk
mendapatkan manfaat. Pemimpin pada hakikatnya adalah seorang yang mempunyai
kemampuan untuk memepengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan
menggunakan kekuasaan. Dan sukses tau tidaknya suatu kepemimpinan dipengaruhi
oleh pribadi pemimpin, bawahan dan situasi.
Kepemimpinan merupakan
kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan
tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus
dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi
atau kelompok.
Seorang pemimpin yang baik
harus memiliki integritas (kepribadian), intelektual (pengetahuan), intelegensi
(spiritual), skill atau kemampuan/keahlian, memiliki power atau dapat
mempengaruhi orang lain, mau belajar, mendengar dan siap dikritik. Apabila
ketujuh isi dari esensi/hakikat kepemimpinan tersebut telah dimiliki oleh
seorang pemimpin maka pemimpin tersebut akan arif dan bijaksana.
3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa
penyusunan makalah ini tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang konstruktif akan senantiasa penyusun nanti dalam
upaya evaluasi diri. Akhirnya penulis hanya bisa berharap, bahwa dibalik
ketidaksempurnaan penulisan dan penyusunan makalah ini adalah ditemukan sesuatu
yang dapat memberikan manfaat atau bahkan hikmah bagi penulis, pembaca.
DAFTAR PUSAKA
Mulyono. 2008. Manajemen Administrasi
dan Organisasi Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Tim
Den Administrasi Pendudikan UPI, Manajemen Pendidikan (Bandung:
Alfabeta, 2009).
Mulyasa. 2005. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.
M.
Asrori Ardiansyah, Fungsi dan Tugas
Kepemimpinan Pendidikan, diunggah pada tanggal 15-03-2013 dalam sebuah
situs http://kabar-pendidikan.blogspot.com
[1]
Mulyono. 2008. Manajemen Administrasi dan Organisasi Pendidikan. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media.
[2]
Mulyono. 2008. Manajemen administrasi dan pendidikan.Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
[4]
Erlangga.Thoha, Miftah. 1983. Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta:
Rajawali Pers.
[5]
Tim Den Administrasi Pendudikan UPI, Manajemen Pendidikan
(Bandung: Alfabeta, 2009).
[6]
Mulyasa. 2005. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung.
[7] http://farizsasongko.blogspot.com/2014/01/pengertian-kepemimpinan-tipe-dan-gaya.html
[8]
http://korpri-dephan.blogspot.com/2010/07/tipe-gaya-dan-perilaku-kepemimpinan.html
[9] M. Asrori
Ardiansyah, Fungsi dan Tugas Kepemimpinan Pendidikan, diunggah
pada tanggal 15-03-2013 dalam sebuah situs http://kabar-pendidikan.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar